Gloria Majiga Kamoto, Aktivis Lingkungan Asal Malawi yang Kritisi Masalah Sampah Plastik di Negaranya

By Vregina Voneria Palis, Jumat, 18 Juni 2021

Gloria Majiga Kamoto, aktivis lingkungan asal Malawi

Parapuan.co - Kawan Puan, Gloria Majiga Kamoto adalah seorang aktivis lingkungan asal Malawi yang gencar mengkampanyekan larangan penggunaan plastik sekali pakai di negaranya.

Bersama dengan aktivis serta berbagai kelompok masyarakat sipil lainnya, Gloria mempelopori kampanye menekan pihak berwenang untuk menerapkan larangan plastik sekali pakai di Malawi.

Lewat berbagai aksi kampanyenya, Gloria bersama dengan aktivis lainnya berhasil membawa perubahan terhadap penggunaan plastik sekali pakai di negaranya itu.

Baca Juga: Mengenal Rawdah Mohamed, Model Berani yang Jadi Editor Fashion Berhijab Pertama di Vogue Skandinavia

Setelah pertempuran hukum yang berlarut-larut dengan para produsen plastik, Mahkamah Agung Malawi menguatkan larangan nasional atas produksi, impor, distribusi, dan penggunaan plastik sekali pakai pada Juli 2019.

Perlawanan sengit Gloria pada produsen plastik sekali pakai di Malawi, menyebabkan penutupan tiga perusahaan plastik pada tahun 2020 oleh pemerintah Malawi.

Atas aksi serta berbagai kampanyenya tersebut, Gloria dianugerahi penghargaan Goldman Environmental Prize.

Melansir dari situs CNN, ada sekitar 75.000 ton plastik diproduksi di Malawi setiap tahunnya.

Mirisnya, 80 persen dari plastik yang diproduksi tersebut dibuang begitu saja setelah digunakan nih Kawan Puan.

Data tersebut didapatkan melalui hasil studi yang dilakukan oleh pemerintah Malawi dengan tajuk On the Brink of Momentous Change on Plastic Pollution.

Baca Juga: Forbes Rilis Sosok 50 Over 50, Perempuan Karier nan Inspiratif Ini Masuk Daftarnya

Padahal seperti yang kita ketahui bersama, plastik adalah limbah yang sulit terurai.

Sampah plastik Malawi ini sendiri akan membutuhkan lebih dari 100 tahun lamanya untuk bisa hilang.

Jika pembuatan plastik sekali pakai ini terus-terusan dilakukan, besar kemungkinannya negara tersebut akan mengalami krisis sampah plastik yang serius.

“Jika produksi dan distribusi berlanjut, kemungkinan besar kita akan mencapai krisis,” kata Yanira Ntupanyama, sekretaris utama di Kementerian Kehutanan dan Sumber Daya Alam Malawi.