Parapuan.co - Perempuan dan mimpinya adalah cerita panjang yang terjadi dari masa ke masa, termasuk di Indonesia.
Sejak dulu bahkan sampai sekarang, perempuan masih terus berjuang untuk punya posisi setara dengan laki-laki, punya suara yang didengar, mendapatkan haknya, dan diakui keberadaannya.
Sosok Kartini di Indonesia adalah salah satu simbol perjuangan perempuan untuk mewujudkan mimpinya.
Seperti Kawan Puan tahu, perempuan kerap kali harus dihadapkan dengan sejumlah pertanyaan dan tuntutan dari lingkungan, apalagi saat memasuki usia pernikahan.
Baca Juga: Survei PARAPUAN Membuktikan Perempuan Indonesia Kini Berani Memilih Bekerja atau Tidak
Bagi kamu yang berusia sekitar 25 tahun ke atas, pertanyaan seperti 'kapan menikah?' rasanya menjadi sesuatu yang wajar dipertanyakan.
Tak berhenti sampai di situ, saat sudah menikah pun, perempuan masih terus dikejar-kejar dengan tuntutan sosial atas pilihannya sendiri.
Misalnya saja pilihan untuk memilih anak atau tidak, bekerja atau tidak bekerja, ingin menambah anak di usia berapa, dan hal-hal lain yang seharusnya tak menjadi konsumsi publik.
Hal ini pun ditambah dengan budaya patriarki yang mengakar di Indonesia, yang semakin menyudutkan perempuan untuk berani menyuarakan haknya dalam pernikahan.
Hak bersuara itu seperti soal bersedia atau tidak dalam berhubungan badan dengan pasangan, penentuan jumlah anak, dan penggunaan kontrasepsi.
Baca Juga: Catat, Ini Rekomendasi Warna Cat Rumah untuk Perempuan Pengembara dan Pengelola