Parapuan.co – Kawan Puan, apa yang melintas di benakmu saat mendengar kata ibu rumah tangga?
Secara umum, baik laki-laki maupun perempuan diberi potensi yang sama oleh Sang Pencipta.
Namun, secara khusus, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan.
Jika salah dalam menyikapi peran dan potensi antara keduanya, maka tentunya akan menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada sebuah sikap 'merasa' tidak adil atas apa yang telah ditetapkan.
Perbedaan-perbedaan ini tentunya bukan bertujuan untuk melahirkan sebuah sikap saling membandingkan di antara keduanya.
Baca Juga: Ingin Latih Daya Imajinasi Anak? Bacakan Buku Dongeng Mancanegara Pilihan Ini
Akan tetapi jika didalami, maka akan ditemukan tujuan dari penetapan potensi serta peran laki-laki dan perempuan, yaitu untuk saling melengkapi.
Peran perempuan dalam kitab suci, lebih dominan disebutkan mengenai tugasnya sebagai seorang istri. Karena hal ini akan erat kaitannya dengan perannya dalam mendidik anak.
Menjadi ibu rumah tangga adalah aktivitas yang paling banyak dikerjakan oleh perempuan yang telah berstatus menikah.
Namun, banyak perempuan menganggap bahwa menikah dan menjadi istri sekaligus menjadi ibu adalah takdir akhir dari seorang perempuan. Sehingga, ia tidak bisa lagi mengejar mimpi dan cita-citanya, ia tidak bisa lagi belajar.
Padahal, menikah bukan langkah terakhir atas harapan-harapan yang telah dibangun.