Parapuan.co- Pekerjaan interpreter akhir-akhir ini menjadi perbincangan, apalagi didukung dengan hebohnya penampilan BTS di gedung PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Salah satu narasumber PARAPUAN yang juga merupakan seorang interpreter, membagikan pengalamannya.
Namun banyak orang yang menganggap jika profesi interpreter sama dengan penerjemah.
Hal itu dibantah oleh perempuan lulusan S2 Bahasa Prancis Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung ini.
"Kalau penerjemah lebih ke dokumen, tulisan, atau teks, sedangkan kalau interpreter itu langsung. Jadi orang ngomong, lalu kita menjelaskan langsung," jelas perempuan yang akrab disapa Tya ini.
Baca juga: Raden Sasnatya, Interpreter Perempuan yang Pernah Bekerja di Imigrasi dan Kepolisian
Tya bercerita, tidak banyak orang yang bercita-cita menjadi interpreter, padahal profesi ini cukup menjanjikan.
"Sebenarnya profesi interpreter ini cukup menjanjikan untuk karier. Meski banyak orang-orang yang bilang 'kan kadang-kadang'," ujar Tya.
Mantan dosen Bahasa Prancis sekolah fashion ESMOD ini juga membagikan cerita penghasilan interpreter yang lumayan tinggi.
"Dalam satu hari, interpreter bahasa Inggris bisa menghasilkan Rp 3 juta- Rp 6 juta dengan delapan jam kerja. Biasanya meski kurang dari delapan jam, tetap dibayar sehari," cerita Tya.
Ternyata tingkat kesusahan bahasa juga mempengaruhi tarif interpreter.