Parapuan.co - Kanker menjadi salah satu penyakit yang kerap menjadi momok ya, Kawan Puan.
Pasalnya, seperti diketahui, penyakit yang satu ini dikenal mematikan dan tak jarang belum ditemukan obatnya.
Pengobatan kanker pun membutuhkan waktu yang lama serta menguras tenaga dan biaya.
Kementerian Kesehatan RI bersama Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais dan Roche Indonesia menginisiasi pelatihan pertama telementoring ECHO (Extension for Community Health Outcomes).
Model telementoring ini adalah bagian dari Project ECHO yang merupakan sebuah program kemitraan strategis dengan tujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas penatalaksanaan kanker di Indonesia serta mendukung akselerasi pengembangan jejaring kanker nasional.
Baca Juga: Virgil Abloh Meninggal Akibat Kanker Langka Angiosarcoma, Apa Penyebabnya?
Salah satu tantangan utama pelayanan kanker di Indonesia saat ini adalah ketimpangan jumlah dan penyebaran fasilitas pelayanan kanker serta terbatasnya jumlah tenaga medis ahli khusus kanker.
Hingga saat ini, Indonesia hanya memiliki 13 rumah sakit rujukan nasional untuk kanker, di mana lima diantaranya terdapat di Jawa, tiga di Sumatera, dua di Kalimantan, dua di Sulawesi, dan satu di Bali.
Sementara itu, jumlah dokter spesialis penyakit dalam hematologi onkologi medik (Sp.PD-KHOM) di Indonesia hanya mencapai 188 orang, atau sebesar 0,07 dari 100 ribu penduduk.
Jumlah ini masih sangat rendah dibandingkan dengan jumlah yang direkomendasikan berdasarkan UK Royal College of Physician sebesar 1,42 untuk tiap 100 ribu penduduk.
Indonesia juga hanya memiliki 443 dokter spesialis bedah onkologi, 328 spesialis obstetri-ginekologi, konsultan ginekologi onkologi, 959 spesialis patologi anatomi, dan 93 dokter spesialis onkologi radiasi.