Parapuan.co - Budaya gila kerja atau hustle culture merupakan salah satu hal yang populer di era yang serba modern ini.
Dalam melakukan pekerjaannya, karyawan dituntut untuk mengejar kecepatan, ketangguhan, sampai bekerja keras setiap hari.
Menurut psikolog Irma Gustiana A, M. Psi., Psikolog, CPC, hustle culture sendiri merupakan istilah halus dari toxic productivity dan workaholic.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Arisan Parapuan Episode 13 berjudul Belajar Hidup Lambat di Dunia Serba Cepat pada Kamis (31/4/2022).
“Sebenarnya hustle culture ini, bahasa halus dari toxic productivity dan workaholic. Jadi memang ada banyak sekali orang yang bekerja keras sampai akhirnya enggak punya waktu untuk dirinya sendiri, apalagi buat keluarga,” ujar psikolog yang akrab disapa Ayank Irma itu.
Ayank Irma kemudian menjelaskan, hustle culture ini sebenarnya baru populer di era ketika media sosial mulai menjadi bagian dari keseharian kita.
Seperti diketahui, saat ini media sosial memang menjadi salah satu medium bagi kebanyakan orang untuk membagikan pencapaiannya.
Sehingga hal inilah yang menyebabkan banyak dari generasi muda berusaha untuk terus bekerja keras agar tidak merasa tertinggal.
“Jadi kenapa kita akhirnya menjadi orang yang terburu-buru? Karena komparasi yang saat ini menjadi keseharian kita. Setidaknya selama 10 tahun terakhir di mana terdapat pengaruh media sosial,” jelasnya.
Baca Juga: Arisan Parapuan Episode 13: Memaknai Slow Living dan Pentingnya Waktu Luang untuk Diri Sendiri