Parapuan.co - Pertengahan 2021 lalu, nama Dyah Roro Esti sempat menjadi sorotan usai mengusulkan pembubaran Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam rapat paripurna.
Usulan mengejutkan tersebut keluar lantaran saat itu Komisi VII DPR hanya bermitra dengan satu kementerian, yakni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sehingga menurutnya hal tersebut menyebabkan fungsi pengawasan tidak dapat berjalan optimal.
Dyah Roro Esti Widya Putri sendiri merupakan anggota Komisi VII DPR dengan lingkup tugas di bidang Energi, Riset dan Teknologi, serta Lingkungan Hidup.
Dalam rangka memperingati Hari Kartini yang hari ini, Kamis (21/4/2022), PARAPUAN mendapat kesempatan untuk mendengarkan langsung cerita serta ambisi dari sosok Dyah Roro Esti.
Perempuan kelahiran Jakarta, 25 Mei 1993 itu pertama kali bergabung di parlemen usai terpilih sebagai anggota legislatif dari Partai Golongan Karya (Golkar) pada 2019 lalu, ketika usianya baru menginjak 26 tahun.
Walaupun sang ayah, Satya Widya Yudha, sudah terlebih dulu bergabung di dunia politik, Esti mengaku awalnya merasa tidak berminat dengan politik.
“Awalnya saya juga merasa malas di politik karena kita terbiasa dengan informasi yang kita lihat di TV yang notabennya kurang positif. Jadi saya enggak mau masuk ke dunia yang seperti itu. Ada rasa takut sebagai perempuan dan anak muda,” ceritanya dalam wawancara virtual, Rabu (20/4/2022).
Namun, ambisinya untuk menciptakan perubahan, khususnya dalam hal lingkungan, membuat mantan penerima beasiswa penuh LPDP PK-41 dari Kementerian Keuangan itu memberanikan diri untuk masuk ke dunia yang telah lebih dulu digeluti ayahnya.
Kebetulan, katanya, saat itu ada kesempatan yang terbuka untuknya, tepatnya pada 2018 lalu.
Baca Juga: Keluar dari PSI dan Ingin Fokus Suarakan Isu Perempuan, Ini Sosok Tsamara Amany