Parapuan.co - Rantai obesitas itu harus dihentikan karena bisa berdampak pada sindrom metabolik.
Sindrom metabolik adalah kelainan metabolik kompleks akibat obesitas, di mana kondisi ini terjadi karena pola makan kurang sehat, minim aktivitas fisik, hingga ketidakseimbangan hormonal.
Obesitas terjadi bukanlah sekadar berat badan yang berlebihan saja, sebab bisa juga berdampak pada munculnya berbagai masalah kesehatan lainnya.
Tentunya pemutusan rantai obesitas harus dilakukan sedini mungkin, bahkan dari masa kanak-kanak.
Berdasarkan siaran pers dari Nutrifood (1/2/2023), obesitas pada anak meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI, dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes, menyatakan menurut riset Riset Kesehatan Dasar 2018, 1 dari 5 anak berusia 5-12 tahun, dan 1 dari 7 remaja berusia 13-18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
"Obesitas memiliki konsekuensi berat pada anak karena memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik," ujar dr. Eva.
Menurut dr. Eva prevalensi sindrom metabolik di Indonesia 23,34 persen, yang mana lebih tinggi pada laki-laki (26,2 persen) dibandingkan pada perempuan (21,4 persen).
Kondisi sindrom metabolik ini diprediksi menyebabkan kenaikan dua kali lipat risiko terjadinya penyakit jantung dan lima kali lipat pada penyakit diabetes melitus tipe 2.
Baca Juga: 4 Cara yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Mencegah Obesitas Anak