Parapuan.co - Drama Korea The Glory tengah jadi perbincangan publik. Terlebih drakor The Glory part 2 baru saja tayang pada 10 Maret 2023.
Dalam drakor The Glory terdapat cerita soal Jeon Jae-joon, salah satu teman Moon Dong-eun (Song Hye-kyo) yang menderita buta warna parsial.
Ia tidak dapat membedakan warna merah dan hijau.
Diceritakan juga bahwa Jeon Jae-joon memiliki anak perempuan, Ha Ye-sol yang ternyata juga menderita penyakit yang sama.
Lalu benarkah penyakit buta warna diturunkan dari ayah ke anak perempuan? Simak penjelasannya berikut ini!
Orang dengan defisiensi penglihatan warna merasa sulit untuk mengidentifikasi dan membedakan antara warna tertentu.
Defisiensi penglihatan warna ini kadang-kadang disebut dengan "buta warna", meskipun buta warna total (ketidakmampuan untuk melihat warna apa pun) sangat jarang.
Kekurangan penglihatan warna biasanya diwariskan kepada seorang anak oleh orang tuanya dan muncul sejak lahir, meski terkadang bisa berkembang di kemudian hari.
Kebanyakan orang dapat beradaptasi dengan kekurangan penglihatan warna dan ini jarang menjadi tanda sesuatu yang serius.
Baca Juga: Deretan Kontroversi The Glory Part 2, Ramai Jadi Diskusi Netizen di Medsos
Jenis dan Gejala Buta Warna
Mengutip dari NHS, kebanyakan orang dengan defisiensi penglihatan warna mengalami kesulitan membedakan antara warna merah, kuning dan hijau.
Ini dikenal sebagai buta warna merah-hijau. Ini adalah masalah umum yang memengaruhi sekitar 1 dari 12 laki-laki dan 1 dari 200 perempuan.
Seseorang dengan jenis defisiensi penglihatan warna ini dapat mengalami hal-hal sebagai berikut:
- Sulit membedakan warna antara merah, jingga, kuning, cokelat, dan hijau.
- Melihat warna-warna ini jauh lebih kusam daripada yang terlihat oleh seseorang dengan penglihatan normal.
- Mengalami kesulitan membedakan antara nuansa ungu.
- Bingung antara warna merah dengan hitam.
Dalam kasus yang jarang terjadi, beberapa orang mengalami masalah dengan warna biru, hijau, dan kuning. Ini dikenal sebagai defisiensi penglihatan warna "biru-kuning".
Baca Juga: 3 Cara Meringankan Kondisi Buta Warna, Apakah Bisa Disembuhkan?
Penyebab Buta Warna
Dalam sebagian besar kasus, kekurangan penglihatan warna disebabkan oleh kesalahan genetik yang diwariskan kepada seorang anak oleh orang tuanya.
Ini terjadi karena beberapa sel peka warna di mata, yang disebut kerucut, hilang atau tidak berfungsi dengan baik.
Kadang-kadang, defisiensi penglihatan warna dapat berkembang di kemudian hari sebagai akibat dari:
1. Kondisi kesehatan yang mendasarinya, seperti diabetes, glaukoma, degenerasi makula terkait usia, dan multiple sclerosis.
2. Efek samping obat, termasuk digoksin, etambutol, klorokuin, hidroksikloroqin, fenitoin, dan sildenafil.
3. Paparan bahan kimia berbahaya, seperti karbon disulfida dan stirena.
Banyak orang juga merasa lebih sulit membedakan warna seiring bertambahnya usia. Ini biasanya hanya bagian alami dari proses penuaan.
Bagaimana Buta Warna Diwariskan?
Kesalahan genetik yang biasanya menyebabkan kekurangan penglihatan warna diwariskan dalam apa yang dikenal sebagai pola pewarisan terkait-X.
Hal ini berarti:
- Buta warna terutama memengaruhi anak laki-laki, tetapi dapat memengaruhi anak perempuan dalam beberapa kasus.
- Anak perempuan biasanya pembawa kelainan genetik, ini berarti mereka dapat menularkannya kepada anak-anak mereka, tetapi mereka sendiri tidak memiliki kekurangan penglihatan warna.
- Biasanya diwariskan oleh seorang ibu kepada anaknya, sang ibu sering kali tidak terpengaruh karena biasanya dia hanya menjadi pembawa kesalahan genetik.
- Ayah dengan defisiensi penglihatan warna tidak akan memiliki anak dengan masalah tersebut kecuali pasangannya adalah pembawa kesalahan genetik.
- Aering kali dapat melewati satu generasi, misalnya, dapat memengaruhi kakek dan cucu mereka.
- Anak perempuan hanya terpengaruh jika ayah mereka memiliki kekurangan penglihatan warna dan ibu mereka adalah pembawa kesalahan genetik.
Nah, itu dia penjelasan bagaiaman buta warna diwariskan dari orang tua ke anak.
Baca Juga: Buta Warna Lebih Sering Dialami Laki-Laki, Mengapa Demikian?
(*)