Parapuan.co - Dalam definisi WHO (World Health Organization), kesehatan mental disebutkan sebagai kondisi kesejahteraan (well being) seorang individu yang menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Sayangnya, dalam masyarakat umum, isu ini biasanya lebih sedikit mendapat perhatian ketimbang kesehatan fisik karena gejala masalah kesehatan mental tidak selalu terlihat.
Misalnya, kita kurang lebih dapat melihat ciri-ciri orang yang sedang bermasalah secara fisik seperti batuk, bersin, demam, luka, dan sebagainya.
Namun pada orang yang mengalami masalah pada kesehatan mental, tidak semuanya dapat kita ketahui dari pertemuan yang hanya sekilas.
Pada orang yang mengalami depresi misalnya, dia bisa saja terlihat ceria dan mampu bersosialisasi seperti biasanya.
Tetapi di balik tampilan tersebut, diam-diam dia menyimpan rasa putus asa yang besar.
Akibat ketidaklihatan inilah, masalah kesehatan mental kerap diabaikan.
Pada sebagian orang tua di Indonesia misalnya, masalah kesehatan mental pada anak diatasi dengan cara memasukkan anak ke pesantren atau di-ruqyah.
Metode semacam itu memang tidak dapat dikatakan keliru karena problem kesehatan mental tentu juga memiliki dimensi spiritual.
Baca Juga: Orang Tua Wajib Tahu, Ini 3 Cara Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental pada Anak