Menolak Jadi Korban: Bela Diri Bentuk Perlawanan Perempuan terhadap Kekerasan

By Arintha Widya, Senin, 25 November 2024

Bela diri menjadi bentuk perlawanan perempuan terhadap kekerasan.

Parapuan.co - Data kekerasan terhadap perempuan memang menunjukkan penurunan yang signifikan.

Catatan Tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (CATAHU Komnas Perempuan) mencatat, penutunan angka kekerasan terhadap perempuan turun sekitar 12 persen.

CATAHU mencatat jumlah kekerasan terhadap perempuan tahun 2023 sebanyak 289.111, turun setidaknya 55.920 kasus dibandingkan dengan tahun 2022.

Barangkali, menurunnya angka kekerasaan terhadap perempuan ini tidak lepas dari peran berbagai pihak, termasuk Komnas Perempuan dan Forum Pengada Layanan yang membantu korban.

Namun, peran yang paling besar dalam membuat kekerasan berbasis gender terhadap perempuan semakin menurun adalah karena perempuan itu sendiri.

Banyak perempuan korban maupun penyintas yang semakin berdaya dan berani melaporkan tindak kekerasan yang mereka alami, sehingga memudahkan berbagai pihak untuk membantu.

Agar semakin berdaya dan percaya diri, perempuan dapat mempelajari teknik bela diri sebagai bentuk perlawanan terhadap kekerasan.

Ada berbagai jenis bela diri yang bisa perempuan pelajari, mulai dari pencak silat, taekwondo, karate, muay thai, dan masih banyak lagi.

Pengalaman penulis yang juga aktif dalam organisasi pencak silat selama tahun 2005-2012 menunjukkan bagaimana tingkat kepercayaan diri dan keterampilan bela diri pada perempuan membuat "calon pelaku" kekerasan berpikir dua kali untuk melakukan tindakannya.

Baca Juga: Kombinasi Aerobik dan Bela Diri, Ini Manfaat Melakukan Body Combat