Kacamata Tepat Dalam Memahami Perempuan untuk Pemberdayaan Perempuan

By Kurnianing Isololipu, Selasa, 26 November 2024

Kacamata Tepat Dalam Memahami Perempuan untuk Pemberdayaan Perempuan.

Parapuan.co - Pilkada akan dilaksanakan serentak di tanggal 27 November 2024. Masa kampanye telah berakhir di 23 November 2024. Menarik mengamati kampanye yang dilakukan oleh para pasangan calon (paslon) pemimpin daerah.

Berbagai macam cara dilakukan oleh paslon untuk menarik perhatian masyarakat di daerah pemilihan agar memilih mereka di saat hari pemilihan. Umumnya, paslon akan menaikkan isu-isu yang muncul di daerah pemilihan dengan cara penyelesaian yang tepat menurut paslon dan timnya.

Salah satu topik atau pembahasan yang kerap muncul adalah perempuan. Pembahasan topik yang berkaitan perempuan memang menarik. Terlebih, bila itu dikaitkan untuk meraih suara dalam pemilihan.

Menurut Komisioner KPU RI, Iffa Rosita, mengatakan bahwa jumlah pemilih perempuan di dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pilkada serentak 2024 di atas 50 persen atau melebihi pemilih laki-laki. Artinya, perlu cara tepat meraih suara perempuan untuk memilihnya.

Menarik mengamati usaha dari para paslon dalam mengemas topik yang beririsan dengan perempuan dalam kampanye mereka. Tentunya, apa yang disampaikan dalam kampanye, itulah pemahaman yang ada dalam pandangan mereka.

Ada yang memiliki pandangan memberdayakan perempuan. Namun, lebih banyak dan menjadi viral, pandangan yang membuat perempuan seperti kelas dua dalam masyarakat. Meskipun, jika dilihat secara mendalam, belum tentu sepenuhnya, salah.

Perempuan jangan diberikan beban berat, apalagi menjadi gubernur. Janda-janda kaya diminta untuk menikahi pemuda pengangguran. Janda-janda akan diperhatikan oleh para petinggi parpol. Ini adalah beberapa diksi yang disampaikan di dalam usaha menarik perhatian pemilih perempuan dalam kampanye.

Perkataan-perkataan ini kemudian menuai hujatan karena dianggap melecehkan dan merendahkan perempuan. Alhasil, para calon pemimpin daerah melakukan klarifikasi dan meminta maaf atas pernyataannya.

Tentu miris melihat bahwa para calon pemimpin daerah masih memiliki pandangan yang keliru tentang perempuan. Atau, mereka belum memahami tentang perempuan seutuhnya. Mungkin juga, pandangan dari calon pemimpin daerah ini, merupakan wakil dari pandangan umum yang masih ada di masyarakat.

Baca Juga: Sulitkah Menjadi Perempuan Bekerja sekaligus Caregiver Orang Tuanya?