Mengenal Perkembangan Emosi Bayi dan Cara Berkomunikasi Melalui Tangisan

By David Togatorop, Selasa, 11 Februari 2025

Memahami pola tangisan membantu orang tua merespons kebutuhan bayi.

Parapuan.co - Bayi mengalami perkembangan emosi yang pesat dalam dua tahun pertama kehidupannya.

Sejak lahir, mereka sudah mampu menunjukkan berbagai ekspresi seperti minat, ketidaknyamanan, serta kesedihan.

Senyuman mulai muncul di awal kehidupan, sementara ekspresi marah dan sedih dapat terlihat saat bayi berusia sekitar tiga hingga empat bulan.

Seiring pertumbuhan, rasa takut mulai tampak pada usia lima hingga tujuh bulan, disusul dengan perilaku malu-malu. Pada akhir tahun kedua, bayi mulai menunjukkan emosi yang lebih kompleks seperti perasaan bersalah dan jijik.

Selain melalui ekspresi wajah, bayi juga mengomunikasikan perasaannya secara vokal, terutama melalui tangisan.

Tangisan bayi memiliki berbagai variasi, termasuk tangisan karena lapar, sakit, marah, atau sekadar mencari perhatian.

Walaupun pada awalnya sulit membedakan setiap jenis tangisan, orang tua umumnya akan terbiasa dan mampu memahami maknanya seiring waktu. Misalnya, tangisan karena lapar cenderung memiliki pola yang berbeda dibandingkan dengan tangisan akibat rasa sakit.

Para ahli menyatakan bahwa menangis merupakan mekanisme utama bayi untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.

Tangisan pertama bayi menandakan bahwa paru-parunya mulai bekerja dengan baik. Selain itu, tangisan juga bisa menjadi indikator kesehatan sistem saraf pusat bayi.

Baca Juga: Bayi 0-2 Tahun Bisa Apa Saja? Ini Tahap Perkembangannya dan Stimulasi yang Tepat