Mengapa Perempuan Sering Mengalami Intimidasi dan Bagaimana Cara Menghadapinya?

By Saras Bening Sumunar, Minggu, 16 Maret 2025

Cara perempuan menghadapi intimidasi.

Parapuan.co - Kasus pembunuhan bayi 2 bulan di Jawa Tengah melibatkan oknum kepolisian Brigadir AK membuat heboh Tanah Air. Kejadian ini berawal ketika Brigadir AK dan DJP (ibu korban) hendak berbelanja di Pasar Peterongan, Kota Semarang.

DJP kemudian menitipkan bayinya pada Brigadir AK yang menunggu di dalam mobil sambil menjaga bayi AN, korban. Namun sekitar 10 menit kemudian, DJP yang kembali ke mobil justru mendapati anaknya dalam kondisi tidak wajar. Bayi AN ditemukan dalam kondisi tidur tetapi tidak menunjukkan respons saat dibangunkan oleh ibunya.

Mengetahui hal tersebut, DJP langsung membawa AN ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis. Sayangnya, keesokan harinya, Senin (3/5/2025), bayi AN dinyatakan meninggal dunia. Merasa curiga, DJP kemudian melaporkan kasus ini ke Polda Jawa Tengah pada 5 Maret 2025.

Tapi setelah laporan tersebut dibuat, DJP mengaku mendapatkan intimidasi. Menurut pengacara DJP, M. Amal Lutfiansyah, sang klien mengaku mendapatkan intimidasi bersifat verbal dan bertujuan agar DJP tidak melanjutkan proses hukum terhadap Brigadir AK. Sebagai informasi, Brigadir AK dan DJP bukanlah pasangan suami istri yang sah secara hukum, tapi AN memang benar anak kandung dari Brigadir AK.

Berkaca dari apa yang dialami oleh DJP, intimidasi terhadap perempuan merupakan isu yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor sosial, budaya, dan struktural yang telah mengakar dalam masyarakat selama berabad-abad.

Intimidasi terhadap perempuan sering kali berakar dari norma dan stereotip gender yang telah lama ada dalam masyarakat. Pandangan tradisional yang menempatkan perempuan pada posisi subordinat dibandingkan laki-laki menciptakan ketidaksetaraan yang memungkinkan terjadinya intimidasi.

Selain itu, budaya patriarki yang masih dominan di banyak tempat menormalisasi perilaku intimidatif terhadap perempuan, baik di ranah publik maupun privat. Perempuan yang berani melawan atau menyuarakan pendapatnya sering kali menjadi sasaran intimidasi sebagai upaya untuk membungkam atau mendiskreditkan mereka.

Kawan Puan, intimidasi pada perempuan dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan di berbagai tempat. Misalnya di tempat kerja, intimidasi bisa berikan pelecehan verbal atau seksual dari atasan atau rekan kerja. Bukan hanya itu, intimidasi di tempat kerja pada perempuan juga berupa mendapatkan ancaman pemecatan jika menolak ajakan atau perlakuan tidak pantas dari atasan.

Intimidasi terhadap perempuan juga bisa berasal dari lingkup yang lebih personal yakni dalam hubungan pribadi dan keluarga. Contohnya, ancaman atau kekerasan dari pasangan karena alasan kecemburuan atau kontrol. Intimidasi di lingkung keluarga juga mencakup menghalangi usaha perempuan dalam mengejar pendidikan atau karier.

Baca Juga: Mempercepat Aksi untuk Tingkatkan Partisipasi Perempuan di Industri Teknologi