Parapuan.co - Tingkat pengangguran di kalangan pekerja muda cukup tinggi, namun sektor kerja perawatan sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) masih kurang diminati. Padahal, sektor ini bisa menjadi peluang ekonomi sekaligus modal untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Profesi PRT di Indonesia berbeda dengan di negara lain, contohnya Amerika Serikat. Di sana, tak sedikit mahasiswa Indonesia yang mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai PRT untuk menambah biaya kuliah.
Lantas, mengapa banyak anak muda enggan terjun ke profesi ini di dalam negeri? Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menjelaskan penyebabnya seperti dikutip PARAPUAN dari Instagram berikut ini!
Angka Pengangguran Kelompok Muda
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2024, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 4,91 persen. Namun, kelompok usia muda (15-24 tahun) menghadapi tantangan yang lebih besar dengan TPT mencapai 17,32 persen. Angka ini menunjukkan bahwa hampir 1 dari 6 pemuda di Indonesia menganggur.
Di tengah tingginya angka pengangguran, profesi PRT justru masih kurang diminati di dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1. Stigma terhadap PRT
Pekerjaan sebagai PRT masih dipandang sebagai profesi informal yang kurang dihargai. Banyak orang menganggap pekerjaan ini tidak memiliki jenjang karier yang jelas dan kurang prestisius dibandingkan profesi lain.
2. Minimnya Regulasi dan Jaminan Kesejahteraan
Baca Juga: Dukung Kesetaraan Gender, Ini 5 Negara Terbaik untuk Pekerja Perempuan