Parapuan.co - Bali, yang dikenal sebagai Pulau Dewata, memiliki daya tarik wisata yang luar biasa, baik dari segi keindahan alamnya maupun kekayaan budaya yang terus dijaga oleh masyarakat setempat. Salah satu tradisi terbesar yang dijalankan oleh umat Hindu di Bali adalah Hari Raya Nyepi, sebuah perayaan Tahun Baru Saka yang dirayakan dengan cara unik dan penuh makna, yaitu dengan melakukan penyepian total.
Sebagai informasi, Hari Raya Nyepi Tahun ini jatuh pada Sabtu, 29 Maret 2025. Tidak seperti perayaan tahun baru di banyak negara yang identik dengan pesta meriah dan kembang api, Hari Raya Nyepi justru mengharuskan umat Hindu di Bali untuk berdiam diri, merenung, dan menjalankan berbagai pantangan yang terangkum dalam konsep Catur Brata Penyepian.
Bagi para turis yang sedang berlibur di Bali, memahami aturan-aturan yang berlaku selama Hari Raya Nyepi sangatlah penting. Ini bukan hanya tentang menghormati budaya setempat, tetapi juga untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat maupun wisatawan lainnya.
Saat Nyepi, seluruh pulau benar-benar terhenti, bandara ditutup, jalanan kosong, aktivitas luar ruangan dilarang, dan jaringan internet serta siaran televisi dihentikan. Sebagai turis, ada beberapa hal yang sangat tidak boleh dilakukan selama Hari Raya Nyepi.
Pelanggaran terhadap aturan ini bisa berujung pada teguran dari petugas adat setempat, yang dikenal sebagai Pecalang. Oleh karena itu, sebelum menikmati liburan di Bali, penting bagi kamu untuk memahami apa saja yang dilarang dilakukan selama Nyepi serta bagaimana konsep Catur Brata Penyepian mengatur perayaan suci ini.
Apa Itu Catur Brata Penyepian?
Merangkum dari laman Kompas.com, saat Hari Nyepi, umat Hindu di Bali menjalankan Catur Brata Penyepian, empat larangan utama yang harus dipatuhi selama 24 jam yakni:
1. Amati Geni (Tidak Menyalakan Api atau Cahaya)
Selama Nyepi, umat Hindu tidak diperbolehkan menyalakan api, termasuk lampu dan peralatan elektronik lainnya. Api dalam konteks ini juga melambangkan hawa nafsu dan keinginan duniawi yang harus dikendalikan. Inilah alasan mengapa di malam hari, Bali menjadi gelap gulita tanpa penerangan.
Baca Juga: First Timer ke Bali Tentu Pergi ke Kuta, Berikutnya? Cobalah Nusa Dua!
2. Amati Karya (Tidak Bekerja atau Beraktivitas Fisik)
Semua aktivitas pekerjaan dihentikan, baik pekerjaan formal maupun informal. Konsep ini mengajarkan umat Hindu untuk berhenti dari kesibukan duniawi dan lebih banyak merenung serta berdoa.
3. Amati Lelungan (Tidak Bepergian ke Mana Pun)
Jalanan di Bali akan benar-benar kosong karena tidak ada orang yang diperbolehkan keluar rumah. Bandara Ngurah Rai bahkan ditutup selama 24 jam untuk menghormati tradisi ini.
4. Amati Lelanguan (Tidak Berhibur atau Bersenang-senang)
Selama Nyepi, segala bentuk hiburan seperti musik, televisi, serta kegiatan yang bersifat bersenang-senang dilarang. Ini bertujuan untuk menciptakan suasana hening dan damai.
Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Turis Setiap Hari Raya Nyepi
Sebagai wisatawan, kamu perlu mengetahui bahwa ada beberapa aturan ketat yang berlaku selama Nyepi dan wajib ditaati. Misalnya, selama Nyepi semua orang, termasuk turis, dilarang untuk keluar rumah atau hotel.
Bahkan akses ke pantai, pusat perbelanjaan, dan tempat wisata lainnya ditutup sepenuhnya. Jika kamu melanggar aturan ini, Pecalang akan menegur dan meminta kamu kembali ke tempat menginap.
Selain itu di malam Hari Raya Nyepi, semua lampu dan peralatan elektronik yang memancarkan cahaya terang harus dimatikan atau diminimalkan agar tidak terlihat dari luar. Jika kamu menginap di hotel, biasanya pihak hotel akan mengingatkan untuk menutup tirai dan meredupkan cahaya.
Baca Juga: Arus Balik Mudik, Berikut 7 Tips Naik Kapal Laut untuk Pemula
(*)