Parapuan.co - Pernahkah Kawan Puan merasa keluhanmu terkait kondisi kesehatan tidak ditanggapi serius hanya karena kamu perempuan? Jika iya, kamu tidak sendirian. Fenomena ini dikenal sebagai medical misogyny atau misoginis medis.
Medical misogyny merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan perlakuan bias terhadap perempuan dalam sistem pelayanan kesehatan, yang membuat mereka sering kali tidak mendapatkan diagnosis atau pengobatan yang layak dan tepat waktu.
Mengutip Glamour Magazine, terdapat sebuah laporan dari Women and Equalities Committee (WEC) di Inggris yang mengungkapkan betapa sistem kesehatan selama ini mengabaikan kebutuhan perempuan, terutama dalam urusan kesehatan reproduksi dan mental.
Menurut laporan tersebut, stigma terhadap kesehatan reproduksi perempuan sangat "meresap", sehingga banyak perempuan harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan.
"Diagnosis lambat bukan hanya karena gejala kondisi kesehatan reproduksi sering kali tidak spesifik, tetapi juga karena kurangnya keahlian dan sumber daya," demikian yang tertulis di laporan itu.
"Perempuan diberi tahu bahwa gejala seperti perdarahan hebat dan nyeri serta inkontinensia itu 'normal', bahwa mereka terlalu muda untuk memiliki suatu kondisi, atau terlalu tua untuk berharap mendapat pengobatan."
Masalah ini diperparah dengan kurangnya pemahaman di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bahkan, seperti yang dialami oleh aktris Florence Pugh, diagnosis PCOS (sindrom ovarium polikistik) dari dokter spesialis di Amerika ditolak mentah-mentah oleh tenaga medis di Inggris.
Saat Kesehatan Mental Juga Tidak Dianggap Serius
Medical misogyny tidak hanya terbatas pada isu organ reproduksi. Perempuan yang mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental pun sering dicap drama queen. Studi dari Campaign Against Living Miserably (CALM) menemukan bahwa satu dari lima perempuan pernah disebut "terlalu dramatis" saat mencari bantuan untuk kesehatan mental mereka.
Baca Juga: Aspek Kesehatan Perempuan yang Perlu Mendapatkan Perhatian Khusus