Stres Tak Kunjung Reda? Kenali Apa Itu Kelelahan Adrenal pada Perempuan

By Tim Parapuan, Kamis, 10 April 2025

Perempuan kelelahan memicu stres

Parapuan.co - Di tengah tuntutan hidup modern yang semakin kompleks, banyak perempuan merasa harus tampil sempurna di berbagai peran sekaligus. Tak jarang, perempuan terjebak dalam rutinitas padat yang tak memberi ruang untuk jeda.

Di balik senyum dan penampilan prima, ada tubuh yang sebenarnya sedang menjerit. Inilah realita yang dialami oleh banyak perempuan yang tanpa sadar tengah mengalami sindrom kelelahan adrenal.

Berdasarkan jurnal dari Harvard Health Publishing, sindrom kelelahan adrenal (adrenal fatigue) adalah kondisi yang diyakini terjadi saat kelenjar adrenal kewalahan akibat stres berkepanjangan. Kelenjar kecil di atas ginjal ini bertanggung jawab memproduksi hormon stres seperti kortisol.

Saat stres berlangsung terus-menerus, produksi hormon ini menjadi tidak seimbang. Akibatnya, tubuh mengalami kelelahan yang tak kunjung hilang, walau sudah tidur cukup atau berlibur.

Sayangnya, sindrom ini masih sering dianggap mitos atau sekadar kelelahan biasa. Banyak perempuan yang menganggap rasa lelah mereka sebagai hal normal dari gaya hidup sibuk. Padahal, membiarkan kondisi ini berlarut-larut dapat mengganggu kualitas hidup, produktivitas, dan bahkan kesehatan jangka panjang.

Tanda-tanda kelelahan adrenal sering kali samar dan mirip dengan kondisi lain, tetapi bisa dikenali jika kamu lebih peka. Misalnya, rasa lelah luar biasa saat bangun tidur, keinginan mengonsumsi makanan asin atau manis, kesulitan tidur meski tubuh kelelahan, kabut otak (brain fog), hingga penurunan libido. Perempuan juga mungkin merasa cemas, mudah tersinggung, dan sulit fokus.

Penelitian American Psychological Association tahun 2022, menunjukkan bahwa perempuan dua kali lebih rentan mengalami kelelahan adrenal karena faktor hormonal, dan sosial dibanding laki-laki. Fluktuasi hormon selama siklus menstruasi, kehamilan, menyusui, dan menopause membuat sistem endokrin perempuan bekerja lebih keras.

Di sisi lain, tekanan sosial untuk selalu tampil kuat, peduli, dan multitasking membuat banyak perempuan menomorduakan kebutuhan diri sendiri. 

Dalam masyarakat yang terlalu menekankan produktivitas, istirahat sering dianggap sebagai kelemahan. Ini menjadi jebakan berbahaya bagi perempuan yang selalu ingin membuktikan bahwa dirinya mampu.

Baca Juga: 21 Penyakit Ini Ternyata Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan, Apa Saja?