Sudah Banyak Tips Hindari Lowongan Kerja Palsu, Kenapa Masih Ada yang Tertipu?

By Arintha Widya, Selasa, 29 April 2025

Kenapa masih banyak orang tertipu lowongan kerja palsu?

Parapuan.co - Di zaman serba digital seperti sekarang, banyak tantangan di berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam mencari pekerjaan. Di tengah sulitnya mencari kerja, pihak-pihak tidak bertanggung jawab memanfaatkan hal itu untuk menipu jobseeker dan mendapatkan keuntungan materi dari sana.

Seiring dengan itu, informasi soal cara menghindari lowongan kerja palsu sebenarnya sudah tersebar di mana-mana. Pemerintah maupun swasta melalui media sosial hingga siaran pers resmi juga banyak yang membagikan tips menghindari lowongan kerja palslu.

Terbaru adalah tips yang dibagikan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komgidi) melalui akun Instagram resmi @literasidigitalkominfo. Tips Komdigi untuk menghindari loker palsu antara lain:

1. Jangan percaya hadiah/komisi besar yang instan. Cuma modal screenshot, like, dll, kamu bisa dapatkan 58 juta? Bukankah itu tidak masuk akal?

2. Cari loker dari sumber yang valid. Selalu cek di media sosial lembaga/perusahaan, atau cari di situs lowongan kerja terpercaya.

3. Kalau terlanjur menghubungi mereka, jangan memberikan data pribadi. Jangan pernah memberikan alamat, KTP, rekening, atau apapun. Kalau diminta, TOLAK.

4. Jangan bayar apapun. Kata-kata seperti deposit itu sudah enggak bener. Tidak ada lowongan kerja yang mengharuskan kamu membayar dulu untuk mendapatkan komisi.

Kenapa Masih Banyak Orang Tertipu Loker Palsu?

Namun faktanya, kasus penipuan lowongan kerja masih terus terjadi. Tak sedikit pula pencari kerja yang masih tertipu dengan berbagai modus yang ada. Pertanyaannya, kenapa demikian?

Baca Juga: Catat, 3 Hal yang Bisa Kamu Lakukan Jika Tertipu Lowongan Kerja Palsu

Penulis menilai terdapat sejumlah alasan yang membuat masih banyaknya orang tertipu lowongan kerja palsu, terutama setelah menyaksikan berbagai pemberitaan terkait situasi perekonomian dan kemajuan teknologi sekarang ini.

Pertama, banyak orang tertipu karena iming-iming hadiah atau komisi besar yang kelihatannya mudah didapat. Masuk akal? Tentu tidak. Tapi saat seseorang dalam kondisi terdesak, tawaran seperti ini bisa saja terasa "mungkin-mungkin saja". Apalagi bila pelaku menyelipkan testimoni palsu atau bukti pembayaran yang sebenarnya sudah mereka rekayasa.

Kedua, sumber informasi yang tidak jelas. Tidak semua orang rajin mengecek ulang keaslian lowongan kerja. Padahal, langkah sederhana seperti mencari akun resmi perusahaan di media sosial atau mengunjungi situs lowongan kerja terpercaya bisa sangat membantu. Kalau hanya mengandalkan broadcast dari grup WhatsApp atau posting-an acak di media sosial tanpa verifikasi, risikonya jelas lebih besar.

Ketiga, faktor literasi digital dan literasi keuangan. Tidak semua orang cukup memahami bahwa memberikan data pribadi, seperti KTP, alamat lengkap, atau nomor rekening, bisa berujung pada penyalahgunaan. Apalagi kalau sudah terlanjur berkomunikasi dengan pelaku, rasa sungkan atau takut justru membuat korban lebih mudah menurut saat diminta informasi sensitif. Padahal, dalam dunia rekrutmen yang resmi, perusahaan yang profesional tidak akan meminta data pribadi secara sembarangan, apalagi sebelum proses seleksi berlangsung dengan benar.

Keempat, jebakan biaya pendaftaran, "deposit", atau potongan komisi. Ini adalah red flag yang paling klasik. Tidak ada lowongan kerja resmi yang meminta calon pekerja untuk membayar di awal. Jika dalam proses rekrutmen kamu diminta mentransfer uang dengan dalih biaya pelatihan, administrasi, atau syarat mendapatkan komisi, hampir pasti itu adalah penipuan.

Pada akhirnya, meskipun informasi tentang pencegahan lowongan kerja palsu sudah meluas, tetap saja banyak yang menjadi korban. Alasannya kompleks: faktor ekonomi yang sulit membuat orang mudah tergoda, kebutuhan mendesak untuk mendapatkan penghasilan, hingga minimnya pemahaman soal modus-modus penipuan.

Karena itu, selain terus mengingatkan diri sendiri, penting juga bagi kita untuk saling mengedukasi orang-orang di sekitar. Berbagi informasi soal cara membedakan loker asli dan palsu mungkin terdengar sederhana, tapi bisa jadi penyelamat bagi seseorang yang sedang rentan.

Lebih baik berhati-hati daripada menyesal di kemudian hari.

Baca Juga: Ciri-Ciri Lowongan Kerja Palsu Terbaru Menurut Kemnaker, Apa Saja?

(*)