Love Yourself
W***** - 3 Mei 2023

Happy 2nd Anniversary Parapuan!

Senang sekali bergabung dengan komunitas Kawan Puan dan diberikan ruang untuk berbagi cerita. 

Berhubung campaign kali ini adalah #PerempuanMemilih, aku ingin membagikan satu pengalaman tentang membuat pilihan besar dalam hidup. Awalnya, aku menyesali keputusan ini tetapi jika dipikirkan lagi sekarang, pilihan itu justru menjadi yang paling disyukuri.

Aku pernah menjalin hubungan serius selama 6 tahun, memang beberapa kali putus-nyambung. Benar-benar berakhir pada 2020 lalu.

Sedikit cerita, dia satu-satunya mantan yang aku miliki. Jujur, saat itu rasanya berat sekali karena harus mengakhiri hubungan yang sudah terjalin lama. Sudah mengenal kepribadian satu sama lain, keluarga saling mengenal, bahkan merestui hubungan kami.

Memang, selama ini aku selalu tutup mata terhadap hal-hal fatal yang seharusnya tidak ditolerir dalam hubungan kami. Banyak kejadian yang sebenarnya sudah menjadi peringatan, tetapi kuabaikan. 

Kejadian pertama: enam bulan setelah kami berpacaran, dia selingkuh dengan perempuan lain yang merupakan teman kuliahnya. Bukan hanya chat, mereka jalan bersama di hari ulang tahunku.

Melewatkan hari yang tahun tanpanya (karena dia beralasan sedang banyak tugas), sebenarnya tidak menjadi masalah. Sebab, di keluargaku hari ulang tahun sama seperti hari lainnya. Tidak ada pesta dan hanya ucapan selamat, diselngi beberapa doa. 

Namun, fakta bahwa dia menghabiskan hari "spesial" dengan perempuan lain, membuat hatiku patah sekali. Jika diingat, kala itu adalah kali pertama bagiku minta putus dan dia mengemis untuk balikan lagi.

Alasannya berselingkuh saat itu adalah karena menurutnya, saya terlalu gendut. Menurut mantan, perempuan itu lebih cantik apabila memiliki tubuh langsing semampai.

Tahu apa yang terjadi? Aku kehilangan 13 kilogram berat badan, dari 57 jadi 44. Blessing in disguise, kalau saya ingat. Hm, patah hati bonus berat badan ideal? He-he, miris!

Sejak tragedi perselingkuhan, aku jadi lebih aware dengan penampilan. Untuk apa? Ya, memperbaiki kepercayaan diri yang hancur.

Mantan pacar juga tak kalah effort untuk mendapatkanku kembali. Ia datang ke rumah, berulang kali memohon maaf. Tahu tidak? Ia bahkan pernah dia datang jam 2 pagi!

Dulu, aku berpikir bahwa apa yang dia lakukan itu romantis sekali. Effort banget, kan? Seakan-akan dia berusaha keras untuk mendapatkan kepercayaanku kembali.

Sejujurnya, aku tidak menanggapinya, sampai pada akhirnya dia mengancam bunuh diri. Seolah-olah, hidupnya hancur (hingga ingin bunuh diri) karena perbuatanku. Manipulatif, bukan?

Kalau dipikir lagi sekarang, betapa egois dan mengganggunya dia kala itu. Dia tidak menghargai keputusan dan batasan yang aku buat.

Bagaimana akhirnya? Seperti tebakan kalian, aku akhirnya luluh dan kami balikan lagi. Meski begitu, ada saja hal-hal yang menjadi warning, namun tidak aku indahkan saat itu.

Dia meremehkan mimpiku untuk menulis buku dan melanjutkan kuliah.

Dia juga tidak mau menyelesaikan kuliahnya dan memilih keluar begitu saja. Ibunya sampai memohon padaku untuk membujuknya agar mau kuliah lagi. Bukannya apa, biaya yang dikeluarkan orang tuanya tentu tidak sedikit, tetapi dia tidak bergeming. 

Setelah lulus kuliah dan aku sudah bekerja, kami (atau malah aku saja) berusaha "tumbuh" bersama dengannya. Aku buatkan lamaran pekerjaan untuknya dan mengirimkan ke salah satu perusahaan tempat omku bekerja.

Lamaran di sana hanya formalitas dan dia pasti diterima, tetapi wawancara kerja saja dia tidak datang. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Kalau aku boleh bilang, dia malas kerja! 

 

Dia hanya tertarik dengan pekerjaan yang tidak perlu bersusah payah, tetapi hasilnya besar.

Pengaturan keuangan juga sangat buruk. Begitu mendapatkan uang, dia tidak berpikir  investasi atau tabungan untuk menikah, tetapi malah dibelikan PS4.

Masih ada banyak red flag yang sebenarnya sudah ia tunjukan. 

Seperti yang diketahui, dia tidak menempuh pendidikan (kuliah) dan umurnya sudah tidak masuk tanggungan orang tua.

Pada akhirnya, BPJS miliknya menjadi peserta mandiri. Yaps, aku yang membayar BPJS miliknya di kelas 1, selama 3 tahun.

Ada satu kalimat yang masih aku ingat saat dia ditanya soal kelanjutan hubungan kami. Mau tahu?

“Ya, mau gimana? Kamu juga masih pegawai kontrak. Belum jadi karyawan tetap. Susah nanti kalau kita nikah terus enggak ada salah satu dari kita yang punya kerjaan tetap.”

Bayangkan! :((((

Aku menemani dia dari nol, berharap bisa tumbuh bersama, tetapi dia tidak ada upaya sedikit pun untuk beranjak dari titik itu.

Dengan red flag sebanyak itu, aku yang bodoh ini tetap nekat untuk melanjutkan hubungan. Sayang sekali jika hubungan harus berakhir, apalagi kalau mengingat lamanya waktu. Menurutku, kalau kami tak menikah, enam tahun kemarin akan menjadi sia-sia.

Rasanya, masa muda, tenaga, hingga materi, sudah aku investasikan dalam hubungan ini. Kalau tak jadi ke pelaminan, bukannya akan menjadi sia-sia belaka?

Melihat hubungan kami yang seolah "jalan di tempat" itu, ibuku memberikan ultimatum.

Usia kami sudah cukup dewasa dan dia diminta oleh ibu untuk datang ke rumah bersama orang tuanya dan melamarku. Dia tidak datang dan tidak pernah muncul lagi sampai sekarang!

Dia tidak lagi nekat datang jam 2 pagi seperti dulu. He-he!

Anehnya, aku tidak merasa sedih sama sekali. Kalau boleh digambarkan, aku justru merasa lega.

Kalau dipikirkan lagi, aku sangat bersyukur karena ibu telah menyelamatkanku dari hubungan yang tak layak diteruskan ini. 

Untuk menyembuhkan luka, aku tak melibatkan diri dalam hubungan apapun (kecuali pertemanan), saat ini. Aku lebih memilih belajar mencintai diri sendiri secara utuh terlebih dahulu. Tujuannya agar saat orang lain semena-mena, tak ada keraguan untuk pergi tanpa perlu mempertanyakan soal harga dan nilai diri. 

Aku memilih untuk melanjutkan hidup dan mengejar cita-cita saya. Oh iya, saat ini aku sedang menunggu wisuda S2, sembari menulis novel pertama! Dreams come true. 

Tak cuma itu, aku juga berencana untuk berlibur dalam waktu dekat. Meskipun pandemi rasanya telah mencuri 2 tahun umurku, rasanya lebih baik seperti ini. Menghabiskan waktu sendirian daripada dengan orang yang salah.

When you’re desperate for love, you’ll tolerate disrespect and bare minimum efforts.

When you respect yourself and know your worth, you won’t settle for anything just so you have something.

Your self-love has to be louder than your desire to be loved.

Tidak semua orang yang pergi dari hidup kita itu kesalahan kita. Tidak peduli sebanyak apapun yang kita berikan atau lakukan, doesn’t make him/her stay.

Sejujurnya aku baru menyadari. Tanpa kita memberikan apapun, kalau dia mau dengan kita, dia akan tetap stay. Buat apa harus berkorban segalanya (baca: masa depan) buat orang lain?

Also, most of the time, you can’t have everything. So pick and choose your battles wisely.

Some things are meant to be released, but that doesn’t have to be the end of the story. Trust the process and don’t beat yourself up too much.

Life isn’t race and 25 isn’t the finish line. Menurutku, enggak masalah umur 30+ belum nikah, terpenting penting kita bahagia.

Daripada buru-buru nikah tapi sengsara. Sebab selamanya itu terlalu lama untuk dihabiskan sama orang yang salah. Again, pick and choose wisely.

Love, me!

Dijawab Oleh

Admin Parapuan

Hai, Kawan Puan. 

Terima kasih sudah bercerita di Ruang Cerita Parapuan <3

Admin sangat setuju bahwa, "When you’re desperate for love, you’ll tolerate disrespect and bare minimum efforts. When you respect yourself and know your worth, you won’t settle for anything just so you have something. Your self-love has to be louder than your desire to be loved."

Admin juga setuju bahwa kehidupan kita bukan perlombaan dengan menikah sebagai salah satu standar "sukses" dalam hidup. 

Sebenarnya, ada banyak tanda dari mantan pacarmu yang menunjukan kalau dia termasuk laki-laki red flag. Salah satunya tidak menghargai batasan yang kamu buat. 

Ada banyak ciri red flag dalam hubungan yang bisa kamu baca di sini. Tetapi, syukurlah kamu menyadari dan hubungan kalian berakhir. 

Kalau kalian lanjut, bisa-bisa dia semakin menjadi benalu yang menggerogotimu. Wah, jangan sampai!

Semoga ceritamu bisa menjadi gambaran dan motivasi untuk Kawan Puan lainnya yang sedang berada dihubungan yang tidak baik-baik saja (red flag).

Semangat terus untukmu, semoga apapun yang Kawan Puan impikan dan rencanakan bisa berjalan dengan lancar. Kawan Puan hebat dan sangat worth it!

Ketika Novel nya sudah terbit, Kawan Puan boleh infoin ke admin atau bercerita lagi di Ruang Cerita terkait novel tersebut, ya! Hi-hi :D