Parapuan.co - Kekerasan domestik adalah kejadian yang sering terjadi di setiap rumah rumah tangga.
Hal ini bisa terjadi pada semua pihak, baik itu perempuan, laki-laki, sampjai anak-anak.
Berdasarkan data dari Komnas Perempuan pada Catatan Tahunan (CATAHU 2020) tertulis dalam kurun waktu 12 tahun, kekerasan terhadap perempuan meningkat hampir 800%.
Dari data Catahu, terlihat pula bahwa perempuan lebih banyak mengalami kekerasan daripada laki-laki.
Pasalnya dalam 12 tahun tadi, kekerasan pada perempuan meningkat 8 kali lipat.
Hal ini menandakan kehidupan perempuan di Indonesia jauh dari kata aman.
Ada banyak fakta dan data, tapi ada pula mitos seputar kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang jarang diketahui.
Melansir dari website resmi Women’s Aid, Inggris, berikut ini beberapa mitos KDRT yang sering terdengar dan tak jarang menimbulkan kesalahpahaman.
Mitos tentang kekerasan domestik, KDRT, yang harus kita ketahui:
1. Alkohol dan obat-obatan membuat pria lebih kasar.
Kenyataannya, alkohol dan narkoba memang dapat memperburuk kekerasan atau penyerangan.
Tapi, hal itu bukan menjadi penyebab terjadinya KDRT.
Ada banyak orang yang mengansumsi alkohol dan narkoba, tapi tidak melakukan kekerasan pada pasangannya.
Jadi, alkohol dan narkoba tidak bisa dijadikan alasan untuk kekerasan perilaku yang mengontrol.
Pelakulah yang bertanggung jawab penuh atas terjadinya kekerasan.
Baca Juga: Bahaya Keseringan Insecure, Perasaan Wajar yang Harus Bisa Dikendalikan
2. Jika memang seburuk itu, perempuan akan pergi.
Realitanya, perempuan yang ada dalam hubungan tidak sehat ini tetap bertahan karena berbagai alasan.
Meskipun ingin pergi, adalah hal yang sulit bagi perempuan untuk meninggalkan pasangan yang kasar.
Seorang perempuan mungkin masih tetap cinta pada pasangannya dan percaya dia menyesal dan kejadian itu tak akan terulang lagi.
Seorang perempuan juga bisa saja merasa cemas akan keselamatan diri dan anak-anaknya kalau sampai pergi meninggalkan hubungan itu.
Lainnya: tak tahu harus pergi ke mana dan tidak punya kemampuan keuangan untuk menghidupi diri bila harus keluar dari rumah.
Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa perempuan yang berada dalam hubungan dengan kekerasan perlu dipahami dan didukung. Bukan dihakimi.
3. KDRT selalu melibatkan fisik.
Faktanya, tak semua KDRT berbentuk kekerasan fisik.
Kekerasan domestik bisa termasuk tindakan mengontrol, memaksa, mengancam orang lain.
Termasuk juga dalam bentuk KDRT adalah perilaku yang merendahkan seseorang, termasuk di dalamnya kekerasan seksual oleh pasangan atau mantan pasangan / mantan pacar.
Begitu pula kekerasan psikologis dan/atau emosional, kekerasan fisik, kekerasan keuangan, pelecehan, penguntitan, dan/atau kekerasan online atau digital.
Baca Juga: Ini Tema Hari Perempuan Internasional 2021 dan Cara Mengikutinya
4. KDRT itu urusan keluarga, bukan masalah sosial.
KDRT hampir terjadi setiap hari di seluruh dunia, dan memengaruhi perempuan dari segala usia, kelas, dan latar belakang.
Ini artinya, KDRT adalah tindakan dan kejahatan yang serius dan meluas.
Maka dari itu, organisasi perempuan terus menyuarakan berbagai kampanye untuk memastikan suara setiap perempuan yang adalah penyintas KDRT terdengar.
Ingat, saat kita mengatakan KDRT adalah urusan keluarga yang tak perlu diketahui orang banyak, saat itulah kita meremehkan dan membiarkan tindak kejahatan ini terus terjadi.
Baca Juga: Ini lo, Alasan Perempuan di Usia 30-an Lebih Bahagia, Simak Yuk!
5. Pornografi tidak terkait dengan kekerasan terhadap perempuan.
Faktanya, konsumen pornografi terbanyak adalah laki-laki, dan isinya pun semakin fokus pada kepuasan mereka.
Pornografi turut berkontribusi pada budaya misogini, di mana perempuan dan anak perempuan dianiaya untuk kepuasan laki-laki.
6. Perempuan lebih mungkin diserang oleh orang asing ketimbang yang mencintainya.
Yang terjadi justru sebaliknya.
Perempuan jauh lebih mungkin diserang, diperkosa, dan dibunuh oleh pria yang mereka kenal ketimbang orang asing.
Melansir dari situs Women's Aid, data Rape Crisis menunjukkan bahwa hanya 10% perkosaan yang pelakunya adalah orang asing bagi korban.
Baca Juga: Enggak Sehat dan Bikin Makan Hati, Ini Tanda Hubungan Manipulatif!
7. Laki-laki melecehkan pasangannya kerena melihat perilaku orangtuanya.
Kenyataannya, kekerasan domestik amat umum terjadi di masyarakat kita, dan oleh karenanya ada banyak orang yang tumbuh besar menyaksikan KDRT.
Sebagian besar dari mereka yang pernah menyaksikan KDRT akan mengalami trauma tersendiri dan tidak akan melakukan kekerasan terhadap pasangannya.
Kawan Puan, mari kita mengenali pasangan kita baik-baik.
Jangan abaikan tanda-tanda sekecil apapun yang memberi "lampu merah" tentang perilaku dan karakter buruk pasanganmu.
Bila kamu terlibat dalam hubungan semacam ini, pastikan mencari pertolongan yang bisa dipercaya.
Pastikan Kawan Puan punya lingkaran persahabatan antar perempuan yang bisa membantumu keluar dari hubungan ini.
Jika kamu mengalami kekerasan, segeralah melaporkannya ke Komnas Perempuan. (*)