Parapuan.co - Tentu tidak ada salahnya jika Kawan Puan memuji anak sendiri. Tampaknya rasa bangga akan sendiri pun tak bisa dimungkiri.
Namun, jika Kawan Puan memuji anak secara berlebihan, hal tersebut justru bisa menjadi bumerang dan membahayakan si anak.
Tenang saja, Kawan Puan tentu bisa menghindari dampak terseut dengan mengetahui dan memperhatikan beberapa hal. Sebab, memuji anak pun ada caranya.
Melansir dari Tabloid Nova Edisi 1715, pujian yang berlebihan dan tidak pada tempatnya, bisa menyebabkan ego seseorang menjadi terlalu tinggi dan memicu timbulnya kepribadian narsistik.
Baca Juga: Bukan Melulu Rewel, Ada Alasan Lain Kenapa Ortu Bolehkan Anak Main Gadget
Saat anak berkembang menjadi pribadi yang narsis, maka ia akan menganggap dirinya selalu lebih baik dari orang lain dan merasa lebih suporior.
Repotnya lagi, menurut Hj. Fitriani F. Syahrul, M.Si. Psi, Psikolog, anak bisa berisiko mengalami kecanduan pujian, terutama mereka yang memiliki harga diri rendah.
Pada saat anak tak mendapatkan pujian, maka anak akan berisiko tinggi mengalami kegelisahan dan depresi. Misalnya, saat dia bernyanyi harus selalu disanjung dan diperhatikan.
Jika tidak dipuji, dia bisa menangis meraung-raung. Kalau sudah ada tanda seperti itu, tampaknya kamu perlu membenahi cara memuji kepada si buah hati.
Namun tenang saja, PARAPUAN telah merangkum apa yang perlu kamu ketahui dan perhatikan saat memuji anak agar tidak jadi bumerang. Simak, yuk!
Pemilihan Kata
Kata-kata yang digunakan harus pas. Jika anak pemalu, namun akhirnya mau bernyanyi di depan kelas, maka jangan sekadar dibilang bahwa dia anak hebat atau anak pintar.
"Kata-kata, seperti anak hebat, keren banget, pinter banget itu pujian yang blur, tidak realistis, bahkan agak lebay (berlebihan, red.).
Pujian yang pas adalah pujian yang berdasarkan pada data dan perlu diperinci pencapaiannya. Misalnya, Kakak pintar karena sudah berani bernyanyi di depan kelas,” jelas Fitriani.
Baca Juga: Ini 8 Cara Efektif Ajarkan Anak Membersihkan Kamar Tidurnya
Perhatikan Tingkat Pujian
Ketiga, perhatikan gradasi. Masih banyak cara lain dalam mengekspresikan rasa penghargaan pada buah hati selain melalui kata-kata.
Kamu bisa mengacungkan jempol, bertepuk tangan, memberi senyuman, atau mendampingi anak saat mereka membutuhkan orangtuanya.
"Kalau apresiasi orangtua hanya berupa pujian terus-menerus, ada dua dampaknya. Anak jadi selalu ingin dipuji atau anak jadi kebal terhadap pujian tersebut," jelas Fitriani.
Pemilihan Waktu
Lalu, pujian juga harus pas waktunya. Jangan terlalu dini, namun jangan terlambat juga.
Misalnya, saat kita menginginkan anak mendapat nilai 9, dan dia bersemangat untuk mencapainya dengan belajar tiap hari, pujian perlu diberikan dengan akurat.
Daripada berkata "Anak Mama rajin, pasti dapat nilai 9", lebih baik katakan, "Anak Mama rajin, sudah belajar setiap hari. Mudah-mudahan nanti dapat nilai 9."
Baca Juga: Kita Wajib Tahu, 3 Bahaya Sexting yang Berdampak Buruk bagi Remaja
"Pujian yang pas itu seperti makanan yang bergizi. Kalau orangtua jarang memuji perilaku-perilaku anak yang baik, anak bisa jadi kurang gizi.
Jadi berikan pujian, di saat anak memang pantas mendapatkannya," ujar Fitriani. Namun, jangan juga karena takut salah, kamu malah pelit memuji, ya.
Nah, Kawan Puan yang punya anak sudah memuji dengan tepat belum nih? Hati-hati ya, jika salah memuji bisa berbahaya untuk anak sendiri! (*)