Parapuan.co - Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Sehingga orang tua akan berusaha sebaik mungkin dalam mengasuh dan mendidik anak.
Berbagai pola asuh pun mungkin diterapkan dan berbeda pada setiap orang.
Karena ingin anak menjadi patuh dan tegas, orang tua terkadang menerapkan pola asuh yang ketat.
Baca Juga: Menjadi Orang Tua Teladan, Ketahui 5 Langkah Mudah Mendidik Anak dengan Baik
Mereka berpikir dengan pola asuh ketat akan membuat anak berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Namun, sayangnya anggapan ini justru salah lo, Kawan Puan.
Studi penelitian tentang disiplin menunjukkan bahwa pengasuhan anak yang ketat dan otoriter sebenarnya menghasilkan anak-anak dengan harga diri lebih rendah.
Hal ini justru bisa membuat anak memiliki perilaku yang lebih buruk.
Sebab pola asuh ketat itu seakan rambut harus selalu lurus, jika tidak akan diluruskan menggunakan catokan panas yang berarti hukuman bagi anak.
Berikut ini alasan mengapa pola asuh yang ketat justru menimbulkan masalah perilaku pada anak, seperti dikutip dari Aha! Parenting.
Berperilaku karena rasa takut
Pola asuh yang otoriter memberikan batasan tanpa empati kepada anak-anak, sehingga kepatuhan hanya didasarkan rasa takut.
Nah, jika anak-anak melakukan apa yang orang tua inginkan karena mereka takut padanya, apa bedanya dengan penindasan?
Menjadikan anak inferior
Anak-anak dalam pola asuh ketat selalu belajar untuk taat, tetapi mereka tidak belajar untuk berpikir sendiri.
Mereka cenderung tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka dan lebih bersedia untuk mengikuti kelompok sebaya.
Atau menghindari tanggung jawab dengan mengatakan bahwa mereka hanya mencoba untuk ‘mengikuti perintah’.
Baca Juga: Menjadi Orang Tua Teladan, Ketahui 5 Langkah Mudah Mendidik Anak dengan Baik
Merusak hubungan orang tua dan anak
Orang tua yang kerap mendisiplinkan anak mau tak mau harus memotong empati alami mereka, yang menjadikan hubungan keduanya tidak harmonis.
Mengasuh anak juga menjadi lebih sulit bagi orang tua karena mereka kehilangan minat untuk untuk menyenangkan orang tua dan lebih sulit untuk diatur.
Intinya adalah bahwa ketegasan ekstra tidak berhasil dalam menciptakan anak-anak yang berperilaku lebih baik.
Pada kenyataannya, hal itu menggeser semua hal positif yang dilakukan sebagai orang tua dan menghalangi anak-anak dalam upaya mengembangkan disiplin emosional diri.
Cenderung marah dan depresi
Orang tua yang kaku menjelaskan kepada anak-anak untuk mengikutinya tanpa memberikan pilihan.
Sehingga, anak-anak dibiarkan kesepian dan mencoba memikirkan sendiri bagaimana mengatasi dorongan atau kuasa atas dirinya sendiri.
Terlebih, orang tua tidak ada di sana untuk membantu mereka belajar mengatasi dan mengelola perasaan yang sulit yang mendorong mereka untuk bertindak.
Baca Juga: Menjadi Orang Tua Teladan, Ketahui 5 Langkah Mudah Mendidik Anak dengan Baik
Menghilangkan kesempatan untuk bertanggung jawab
Batasan yang keras memicu penolakan untuk mengambil tanggung jawab atas diri sendiri.
Tidak ada yang suka dikendalikan, jadi tidak mengherankan jika anak-anak menolak batasan dengan tidak berempati.
Mereka lebih melihat ‘lokus kendali’ di luar diri mereka sendiri, daripada ingin berperilaku. (*)