Parapuan - Kawan Puan, kira-kira apa yang kamu ketahui tentang migrain? Jika kamu mengatakan migrain hanya serangan sakit kepala biasa itu jelas sangat salah.
Pasalnya, migrain adalah kondisi neurologis yang dapat berdampak besar di hampir semua aspek kehidupan kita.
Tidak hanya kita merasakan sakit kepala, tapi aspek lain di kehidupan akan terpengaruh olehnya.
Baca Juga: Sering Sakit? Mungkin Kamu Harus Lebih Sering Mengonsumsi Jahe
Mengutip dari Self, Noah Rosen, MD, direktur Northwell Headache Center mengungkapkan kalau migrain memengaruhi orang-orang di seluruh kontinum interaksi sosial, baik itu lingkup pekerjaan, sekolah, sosial, dan keluarga.
Hal ini sangat bisa dipahami karena ketika seseorang mengalami migrain, ia tidak akan bisa fokus bekerja maupun beraktivitas seperti biasanya.
Makanya, banyak aspek di kehidupan seperti interaksi sosial dan lingkup pekerjaan terganggu.
Dilansir dari sumber yang sama, berikut ini ulasan mengenai dampak yang dialami seseorang jika mengalami migrain:
1. Memengaruhi produktivitas
Seseorang yang terkena migrain, selain rasa pusing yang timbul, ada gejala lain yang sulit dikendalikan yakni penglihatan kabur dan mual tiada henti-hentinya.
Noah Rosen, MD, mengatakan bahwa migrain dapat memengaruhi kehidupan seseorang dalam banyak hal.
Dikarenakan gejala yang menimbulkan kekacauan di tubuh, alhasil produktivitas pun menurun dan mungkin orang yang terkena migrain tidak masuk kantor saat penyakit ini kambuh.
Baca Juga: 5 Hal yang Wajib Dihindari Saat Datang Bulan, dari Minum Soda Sampai Makan Makanan Asin
Selain itu, mungkin bagi sebagian orang, tempat kerja menjadi pemicu timbulnya migrain.
Maksudnya adalah di lingkungan kantor tersebut pekerja mengalami tekanan, mendengar suara bising, dan lingkungan yang semrawut.
“Sulit untuk menjadi sehat di lingkungan yang tidak baik dan, sayangnya, lingkungan kerja sering kali memberikan banyak tantangan," kata Noah.
Tantangan yang dimaksud seperti paparan stres, pola makan yang tidak teratur, suhu kantor, bahkan sirkulasi udara yang tidak lancar.
Di mana orang dengan migrain sering tidak dapat bekerja selama serangan kambuh.
Dalam arti lain mereka tetap hadir secara fisik namun nyawanya seperti di tempat lain dan tidak fokus dalam bekerja.
2. Memengaruhi hubungan sosial
Sifat serangan migrain yang tidak dapat diprediksi tidak hanya mengecewakan diri sendiri, tetapi juga orang-orang yang ada di dekat kita.
Bahkan migrain bisa berpengaruh terhadap kehidupan pribadi, seperti hubungan percintaan.
Meskipun mungkin kebanyakan orang akan berbicara bahwa mereka akan menerima pasangan, keluarga, atau teman yang sedang berjuang melawan penyakit, namun kenyataannya tak semua seperti itu.
Misalnya seperti yang dialami seorang konsultan di Washington DC, Rebecca, ia mengungkap bahwa migrain berdampak pada hubungan pribadinya.
Di mana ia selalu gagal menjalin percintaan karena sang mantan pacar tidak ingin merawatnya ketika migrain menyerang.
Bahkan sang mantan berkata pada Rebecca kalau ia takut menikah dengan orang yang menderita migrain karena tampak sakit-sakitan.
Baca Juga: Rekomendasi 3 Hidangan Hits dan Kekinian untuk Santapan Buka Puasa
3. Kesulitan dalam menjadi orang tua
Seorang ibu dua anak, Tami, dari Ohio mengaku migrain membuatnya sulit menjadi orang tua.
Sebab sering kali ia merasakan sakit dan alhasil tak bisa mengamati anak-anaknya yang sedang dalam proses tumbuh kembang.
Tami mengatakan kalau dirinya merasa tidak enak karena secara tak sadar menjauhkan diri dari anak-anak.
Meskipun sang suami sudah mengizinkannya untuk beristirahat. Di sisi lain, migrain akan lebih merugikan jika ada yang menjadi orang tua tunggal.
Seperti yang dialami oleh Georgia, seorang psikolog klinis yang merupakan ibu tunggal.
Menurut Georgia, dirinya menjadi tak bisa melakukan tugasnya sebagai orang tua karena sering kali tak enak badan.
Bahkan kondisi ini membuatnya merasa bersalah karena tidak bisa memberi yang terbaik untuk anaknya.
4. Berdampak pada kesehatan mental
Tidak jarang penderita migrain juga hidup dengan kondisi kesehatan mental.
Sebuah jurnal tahun 2005 di Curreny Psychiatry Reports mencatat hubungan antara migrain dan diagnosis depresi, anxiety, gangguan kepanikan, dan bipolar.
Nyeri kepala yang sungguh kronis ternyata mampu mengganggu kesehatan mental seseorang.
Hal ini dialami oleh Caityln dari California, di mana dirinya merasa lebih tertekan, cemas, tak bisa mengontrol diri, dan ingin bunuh diri karena migrainnya.
Baca Juga: Selain Tidur yang Cukup, Ini 9 Cara Lain Mengelola Stres Bagi Pelajar
Sebagai informasi, sebenarnya migrain itu bisa ditangani dengan baik, namun hal tersebut tak mudah.
Pasalnya orang yang menderita migrain harus bisa belajar bagaimana mengatasi banyak hal yang dapat memengaruhi kehidupan mereka.
Di samping itu, menurut Noah Rosen, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan migrain.
Hanya saja migrain bisa ditangani kalau orang mengetahui cara mengelola pikiran yang tepat.
Maka dari itu, ia menyarankan untuk menjadi lebih baik dengan cara memaafkan dan menerima diri sendiri. (*)