Parapuan.co - Mari kita tarik mundur ke zaman sebelum Indonesia merdeka. Pada saat itu, pendidikan menjadi jejak kental pergerakan perempuan dalam memperjuangkan kendali mimpi diri.
Ada nama-nama seperti R.A. Kartini, Dewi Sartika, dan Maria Walanda Maramis di deretan panjang perempuan yang menjadikan pendidikan sebagai fokus perjuangan, dalam keyakinan bahwa pendidikan merupakan kunci mewujudkan mimpi diri.
Perempuan dan mimpi-mimpinya adalah cerita panjang dari masa ke masa, tak terkecuali di Indonesia.
Dari waktu ke waktu, perempuan berjuang agar punya posisi setara dengan laki-laki, suaranya didengar, mendapatkan haknya, dan diakui keberadaannya.
Kini, sejumlah hal yang diperjuangkan oleh perempuan dari waktu ke waktu itu tampak lebih membaik.
Satu contohnya adalah dalam bidang pendidikan.
Baca Juga: Mengenal GP3M yang Diluncurkan Kemendikbud Ristek untuk Perempuan di Daerah Marginal
Dulu kita tahu bahwa pendidikan seolah hanya milik laki-laki. Sedangkan perempuan tidak diperbolehkan untuk sekolah, bahkan sekecil kemampuan sederhana membaca dan menulis tak diajarkan.
Namun kini banyak hal mulai berubah. Perempuan boleh sekolah, bahkan mencapai jenjang tertinggi yang diinginkannya.
Lalu, apakah benar posisi perempuan dalam bidang pendidikan sudah sama dengan laki-laki?
Benarkah perempuan sudah diberikan akses yang sama seperti laki-laki di bidang pendidikan?