5 Hal yang Bisa Kamu Lakukan untuk Menciptakan Hubungan yang Kuat

Saras Bening Sumunarsih - Jumat, 16 Juli 2021
Ilustrasi perempuan bucin pada pasangannya
Ilustrasi perempuan bucin pada pasangannya monzenmachi

Parapuan.co – Hubungan kuat antar pasangan tentu menjadi hal yang selalu diidamkan.

Tentunya, untuk menciptakan hubungan yang kuat perlu dilakukan berbagai upaya.

Rasa percaya, komunikasi yang baik, hingga meluangkan waktu untuk satu sama lain dapat membuat hubungan menjadi lebih kuat.

Ada 5 upaya yang bisa kita lakukan membuat hubungan menjadi kuat meskipun diterpa konflik.

Seperti yang dilansir dari Psychologytoday.com, upaya tersebut seperti:

Meluangkan Waktu

Untuk membentuk hubungan yang kuat, perlu adanya interaksi.

Interaksi ini bukan sedekar antara kamu dan pasangan tetapi lebih luas.

Lakukan interaksi dengan lingkungaan terdekat mereka seperti teman, keluarga, hingga sahabat.

Baca Juga: Tak Disadari 5 Kalimat Ini Ternyata Termasuk Toxic Positivity!

Kita berlu bersosialisasi dan bersinggungan dengan lingkungan mereka, begitupun sebaliknya.

Ini mungkin terdengar mudah, namun membangun hubungan yang kuat perlu meluangkan waktu untuk satu sama lain.

Saling Menghargai

Saling menghargai terhadap pasangan tentu harus dilakukan.

Ini akan membuat hubungan menjadi lebih kuat.

Kamu harus mencoba menghargai perbedaan yang ada dalam diri mereka baik itu pendapat ataupun yang lainnya.

Jika rasa saling mengahargai sudah tercipta, maka hubungan yang kuat perlahan akan terbentuk.

Saling Menguatkan

Tentunya kamu dan pasangan akan memiliki masalah personal seperti pekerjaan.

Tentu keadaan ini akan membuatmu tertekan.

Untuk itu, pasangan ada untuk menguatkanmu dari masalah tersebut.

Tidak hanya secara personal, tetapi saling menguatkan ini juga dilakukan saat hubungan diterpa konflik.

Saling menguatkan ini berarti mempraktikan kesetaraan dan menahan diri dari dominasi atau kontrol.

Ketika setiap orang memiliki ruang, ketika setiap orang memiliki suara, mereka dapat membangun fondasi ketahanan yang kokoh ketika konflik muncul.

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh