Dobrak Standar Kecantikan di Industri Fashion, Fotografer Mode Nicoline Patricia Rilis Project Puan

Citra Narada Putri - Selasa, 20 Juli 2021
Khawatir pada industri fashion yang masih melanggengkan standar kecantikan tak sesuai realita, Nicoline Patricia rilis Project Puan
Khawatir pada industri fashion yang masih melanggengkan standar kecantikan tak sesuai realita, Nicoline Patricia rilis Project Puan NICOLINE PATRICIA MALINA | @projectpuanid

Parapuan.co – Akrab kita saksikan model-model bertubuh langsing, berkulit putih, rambut yang lurus dan wajah yang mulus terpampang pada iklan-iklan pakaian atau produk kecantikan.

Mungkin dulu, potret-potret perempuan ini menjadi dambaan bagi banyak perempuan dan tak jarang mendorong kita untuk mengubah diri seperti mereka.

Ya, perempuan-perempuan dengan karakteristik seperti model itu menjadi acuan standar kecantikan selama puluhan tahun lamanya bagi banyak perempuan.

Ironisnya, industri mode dan kecantikan pun adalah salah satu yang turut membentuk standar kecantikan yang tak sesuai realita.

Hal ini disadari betul oleh fotografer mode, Nicoline Patricia Malina, yang sepanjang kariernya menyaksikan bagaimana cara kerja industri ini.

“Aku sebagai fotografer kan membantu menjual barang yang ditunjukkan kepada perempuan Indonesia yang sangat luas ragam cantiknya. Kenapa kita harus merepresentasikannya dengan satu tipe saja,” keluh Nicoline dengan industri tempatnya berkecimpung yang hanya menggambarkan standar kecantikan dengan perempuan yang tinggi, kurus dan putih saja.

“Karena kita sangat menormalisasikan ‘standar kecantikan’ dalam memilih model, saat proses editing foto yang kita buat lebih kurus lagi,” ceritanya lagi pada PARAPUAN.

Awalnya, ia mencoba menutup mata dengan berpikir bahwa ini hanyalah bagian dari pekerjaannya saja. Tapi ternyata hatinya tak bisa dibohongi.

Baca Juga: Dianggap Langgengkan Toxic Positivity, Kania Dachlan Ceritakan Perjalanannya Jadi Model Plus Size

“Pergolakkan batin itu sangat besar beberapa tahun terakhir. Sebagai perempuan aku berpikir, what am I doing here,” ujar perempuan yang juga akrab dipanggil Nicole ini resah.

Kegelisahan untuk melawan industri yang menjadi sumber mata pencahariannya ini sempat membuat Nicoline tertahan untuk melakukan gerakan mendobrak standar kecantikan.

Diakuinya, ia sempat takut. Tapi di satu sisi ia merasa hanya menudingkan tangan menyalahkan standar kecantikan yang dibentuk oleh industri. Lama kelamaan ia pun merasa menjadi orang yang toxic.  

“Aku seorang fashion and beauty photographer, I make my living through it. Masa aku harus menghidupi diriku sendiri dengan cara bohongin orang, menciptakan realita yang tidak benar,” ujarnya gelisah.

Butuh beberapa tahun untuk Nicoline memantapkan hatinya untuk ‘melawan’ industri yang membentuk standar kecantikan tak sesuai realita, yang juga di satu sisi juga merupakan mata pencahariannya.

“Kemudian aku mikir kalau tidak dari kita, industri (fashion dan beauty) yang bergerak (duluan), kayaknya tidak akan kemana-mana. Dan aku tidak mau cuman berharap-harap saja. Dari situlah aku mulai bergerak,” ujarnya mantap.



REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?