Parapuan.co - Jangankan di masa pandemi, sebelumnya saja karier sebagai pengrajin batik seolah tidak menjadi pilihan profesi utama bagi kebanyakan orang.
Penyebabnya, salah satunya karena menjadi pengrajin batik bukanlah proses yang instan.
Berkarier jadi pengrajin batik juga tidak mudah, mengingat membatik membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakan setiap lembar kainnya.
Terlebih, pandemi sempat membuat perekonomian lesu di berbagai segi, yang otomatis juga berdampak pada karier pengrajin batik.
Turis mancanegara yang berhenti berkunjung ke tanah air selama kurang lebih 1,5 tahun terakhir mengancam industri batik.
Baca Juga: Hari Lansia Sedunia! Ini 4 Karier yang Cocok bagi Perempuan Usia 50an
Salah satunya industri batik yang ada di Solo, tepatnya di kawasan Kampung Laweyan.
Seperti melansir Tribunnews, dulunya ada hilir mudik wisatawan yang berkunjung dan membeli batik.
"Masa pandemi Covid-19 membuat perdagangan batik rontok," kata Koordinator Pengembangan Kampung Batik Laweyan, Alpha Fabela Priyatmono pertengahan Juni 2021.
Alpha menambahkan, penurunan penjualan selama pandemi di Laweyan sendiri mencapai hampir 80 persen.