Ini Efek Samping Chemical Peeling Jika Terlalu Sering Dilakukan

Citra Narada Putri - Sabtu, 27 November 2021
Efek samping chemical peeling jika dilakukan berlebihan.
Efek samping chemical peeling jika dilakukan berlebihan. Ruslan malysh/iStockphoto

Parapuan.co - Chemical peeling adalah prosedur yang sering dilakukan untuk memperhalus kulit yang bertekstur, mengurangi kerutan, bekas luka hingga untuk meratakan warna kulit.

Karena manfaatnya untuk kecantikan tersebut, banyak yang berpikir bahwa lebih sering melakukannya akan membuat kulit wajah kita akan lebih bagus dan glowing.

Namun tahukah Kawan Puan bahwa terlalu sering melakukan chemical peeling juga bisa berdampak tidak baik loh. 

Dibandingkan dengan kulit yang tidak dirawat dan sehat, kulit yang terlalu terkelupas lebih mungkin mengalami kerusakan akibat paparan sinar matahari yang berbahaya dan kanker yang menyebabkan sinar UV.

Lebih dari itu orang yang mengalami over exfoliate, salah satunya dengan chemical peeling, juga akan merasakan efek samping seperti penggelapan kulit yan tidak biasa atau hiperpigmentasi yang permanen. 

Baca Juga: Chemical Peeling vs Physical Peeling, Mana yang Lebih Bagus untuk Kulit?

 

Sementara itu, paparan berlebihan terhadap eksfolian seperti alpha hydroxy, salicylic, glycolic dan lactic acids yang biasa digunakan dalam chemical peeling, dapat menyebabkan peradangan pada kulit, termasuk kemerahan dan kerusakan kulit.

Jika hal ini terjadi, sangat sulit untuk Kawan Puan untuk kembali mendapatkan kulit normalmu. 

Diingatkan oleh spesialis perawatan kulit Ben Johnson, MD, yang juga merupakan Society of Plastic Surgery Skin Care Specialists, bahwa memaksa kulit untuk terkelupas lebih cepat dari kecepatan alaminya adalah sebuah kesalahan, seperti melansir dari Costhetics.

Terlepas dari manfaatnya yang dapat mencerahkan kulit, membuatnya lebih kencang, membersihkan jerawat dan mengurangi garis-garis halus, pengelupasan kulit yang berlebihan bisa menyebabkan kerusakan yang dapat bertahan lama. 



REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?