Parapuan.co - Salah satu kanker yang paling umum diderita orang di seluruh dunia adalah kanker paru.
Bahkan ada lebih banyak kasus kematian kanker paru setiap tahunnya, jika dibandingkan dengan jumlah kematian total yang disebabkan oleh kanker payudara, usus besar, dan prostat.
Bahkan diketahui pula, berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, 34.783 orang di Indonesia didiagnosis dengan kanker paru, dengan angka kematian 30.483.
Usut punya usut, angka tersebut dapat meningkat 43 persen dan mencapai 43.900 kasus kematian pada tahun 2030 jika tidak ada peningkatan diagnosis dan penatalaksanaan kanker paru.
Diungkapkan dalam diskusi virtual bertajuk Lung Cancer Diagnostics & Comprehensive Treatment Care in Indonesia (LIVE) pada Sabtu (18/12/2021) dr. Evlina Suzanna, Sp.PA, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) menyatakan pentingnya deteksi dini kanker paru.
Baca Juga: Alergi Dingin: Kenali Ini Gejala, Penyebab, hingga Cara Mencegahnya
“Deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan hasil penatalaksanaan kanker paru. Proses ini tidak dapat dipisahkan dari kualitas diagnosis yang komprehensif, dan pemeriksaan oleh tenaga medis profesional,” jelasnya.
Dr. Evlina juga mengungkap dengan diperkenalkannya pengobatan presisi yang menargetkan tumor ALK dan EGFR positif pada kanker paru, maka ada harapan untuk bisa melihat perbaikan pada kesintasan pasien tanpa ada perburukan pada kankernya sendiri.
Harus dipahami bahwa kanker paru masih terus menjadi tantangan baik dalam ranah klinis maupun riset.
Oleh karena itu dikembangkannya imunoterapi kanker merupakan sebuah pilihan penanganan baru bersama dengan penanganan lain yang sudah ada demi memberikan harapan bagi pasien dan keluarganya.
Langkah pertama dari upaya kolaboratif untuk mengubah arah perkembangan kanker paru dan membuat perubahan yang mendasar pada kehidupan banyak orang di Indonesia itu disebut Lung Cancer Diagnostics & Comprehensive Treatment Care in Indonesia.