Parapuan.co - Sebagai aset dan warisan budaya tak benda, kain tenun mengandung nilai-nilai kearifan lokal, filosofi kehidupan dan menjadi sejarah dalam perjalanan kehidupan masyarakat.
Salah satunya seperti tenun Batak atau kain ulos yang menggambarkan lingkaran kehidupan masyarakat Batak, mulai dari kelahiran, pernikahan, hingga kematian.
Untuk turut melestarikan dan mengenalkan tenun Batak kepada masyarakat luas, Tobatenun sebagai organisasi dan komunitas budaya yang fokus pada program revitalisasi dan pengembangan tekstil tenun, menggelar Pameran Tenun Batak.
Pameran bertajuk Ekosistem Budaya & Masyarakat ini diadakan di JCC Hall A, yang berlangsung dari 9-13 Februari 2022.
Pada pameran ini, Tobatenun menampilan koleksi tenun (tekstil dan produk mode) karya inovasi perajin dari kelompok binaan Jabu Bonang.
Terdapat tiga ruangan yang masing-masingnya menceritakan perjalanan Tobatenun.
Pertama adalah ruang legacy yang memberikan penjelasan tentang filosofi dan pergerakan budaya dan gambaran bagaimana penggunaan tenun Batak dalam kehidupan masyarakat Batak.
Pada ruangan ini juga menampilkan koleksi Ulos lawas Pinusaan.
Baca Juga: Seperti Sri Mulyani dan Retno Marsudi, Ini 5 Rekomendasi Sepatu Tenun di Shopee
Ruangan kedua dinamai innovation yang bercerita tentang komitmen Tobatenun dalam merevitalisasi tenun Batak secara bertanggung jawab (sustainable), pengembangan motif-motif kontemporer turunan dari motif tenun Batak, hingga informasi terkait ekosistem Tenun di Sumatera Utara.
Dan ruangan ketiga bernama community menampilkan kekuatan ekosistem tenun berbasis komunitas dan kelompok kerja, dimana Tobatenun memiliki rumah komunitas partonun Jabu Bonang serta kampanye tentang fair trade dan transparansi bisnis bagi perajin.
Melalui pameran ini, Tobatenun juga menyoroti tentang potensi tenun Batak sebagai produksi industri ekonomi kreatif.
Keunggulan nilai-nilai kearifan lokal serta kekuatan komunitas mampu menjadi model pembangunan yang berlandaskan kebudayaan.
Tobatenun juga menekankan bahwa ekosistem masyarakat lokal dapat menjadi penguatan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan ekologis.
Secara tradisi, di banyak daerah di Indonesia, kegiatan menenun merupakan profesi kerajinan tangan yang dilakukan oleh perempuan dan kemudian diteruskan dari generasi ke generasi.
Secara sosial ekonomi, ini adalah bentuk kontribusi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga, dan lebih luas lagi, ekonomi daerah.
Oleh karena itu, di masa modern ini yang semakin tergerus akan globalisasi dan perubahan pola pikir mengakibatkan regenerasi perajin menurun.
Baca Juga: Dipakai oleh Song Kang, Ini Jenis-Jenis Kain Tenun Indonesia
Tobatenun melihat ini sebagai hambatan yang harus dicarikan solusinya.
“Alasan utama kami dalam melakukan pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas peningkatan kompetensi dan edukasi tetapi juga menciptakan regenerasi," ujar Kerri Na Basaria, founder dan CEO PT Toba Tenun Sejahtra, seperti dalam siaran pers yang diterima PARAPUAN.
"Bagaimana potensi yang sangat besar ini memiliki ekosistem kuat dan meningkatkan nilai tambah tenun sebagai kerajinan bernilai tinggi," tambahnya.
Maka dari itu, Tobatenun pun mendirikan rumah komunitas Jabu Bonang yang mana ini merupakan salah satu bentuk usaha dalam pengembangan komunitas artisan dan/atau stakeholders kain tenun di Sumatera Utara.
Bersama Jabu Bonang, upaya oleh Tobatenun untuk terus mengembangkan Tenun Batak tidak sebatas dari revitalisasi, namun juga inovasi dalam mengolah kain tenun dengan motif kontemporer.
Kain tenun Batak kontemporer merupakan hasil riset dari berbagai macam elemen seni dan budaya Batak untuk menghasilkan kain yang bisa mengisi kebutuhan orang masa kini selain kebutuhan adat.
Tobatenun tetap mempertahankan intisari dari seni budaya yang diadaptasi, tanpa mengusik kain dengan motif dan kegunaan yang bernilai sakral.
(*)
Baca Juga: Rayakan Hari Ulos, Begini Sepak Terjang Kain Tenun Ulos di 2021