Advertorial

Bau Mulut Bikin Enggak Percaya Diri? Atasi dengan MeToo

Fathia Yasmine - Rabu, 27 Juli 2022
Ilustrasi bau mulut
Ilustrasi bau mulut DOK. MeToo

Parapuan.co – Bau mulut atau halitosis merupakan masalah kesehatan yang sering dialami oleh banyak orang. 

Masalah kesehatan ini kerap menyebabkan seseorang jadi kurang percaya diri untuk berbicara. Hal ini karena bau mulut juga bisa membuat lawan bicara merasa tidak nyaman untuk berinteraksi.

Dikutip dari Healthline, ada banyak faktor yang bisa memicu munculnya bau pada mulut. Umumnya, bau mulut bisa disebabkan karena kebersihan mulut yang kurang terjaga, dehidrasi, atau konsumsi makanan berbau menyengat.

Banyak orang menganggap keluhan ini bisa diatasi dengan menyikat gigi secara rutin, tetapi laman WebMd menyebut cara ini saja tidak cukup untuk menjaga mulut tetap segar sepanjang hari.

Baca Juga: Ruben Onsu Idap Empty Sella Syndrome, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Masih dikutip dari sumber yang sama, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi bau mulut adalah dengan berkumur menggunakan mouthwash setelah menyikat gigi.

Berdasarkan studi yang dilakukan the Bahrain Ministry of Health pada 2008, kandungan mouthwash dapat mematikan bakteri yang tersisa setelah menyikat gigi. Selain itu, obat kumur ini juga bisa menetralkan bau yang berasal dari konsumsi makanan tertentu.

Jika Kawan Puan juga sedang menghadapi masalah yang sama, MeToo bisa jadi solusi untuk menghilangkan masalah bau mulut.

Sebagai informasi, MeToo merupakan merek mouthwash asal Korea Selatan yang memiliki formulasi khusus untuk membersihkan area di dalam mulut. Menariknya, produk ini tidak hanya dikenal di media sosial, tetapi juga sering digunakan oleh aktris Amanda Manopo.

 

Challenge MeToo di TikTok
Challenge MeToo di TikTok DOK. MeToo
Terdapat dua produk mouthwash MeToo yang bisa Kawan Puan gunakan, yaitu MeToo Probiotic Mouthwash dan MeToo Portable Probiotic Mouthwash. Berikut Parapuan rangkum detail dari kedua produk ini.

REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?