Parapuan.co - Kanker paru-paru menjadi penyakit yang paling berisiko bagi para perokok.
Pasalnya berdasarkan webinar "Imunoterapi: Harapan Baru Pasien Kanker Paru di Indonesia" pada Selasa (30/08/2022), dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik mengungkap kanker paru datang dari sejarah merokok atau perokok pasif.
Di mana studi Tobaccu Use & Lung Cancer, menuliskan90 persen dari kasus kanker paru pada pria dan 80 persen pada perempuan itu karena menjadi perokok aktif serta pasif.
"Sebagai pengetahuan dasar, masyarakat perlu memperhatikan gejala awal kanker paru untuk mendapatkan diagnosis yang cepat sebagai dasar pemberian pengobatan yang tepat. Jika kanker paru ditemui pada stadium awal, harapan hidup pasien lima tahunan akan lebih tinggi," ujar dr. Andhika.
Dalam kesempatan webinar yang diselenggarakan oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan MSD (Merck Sharp & Dohme) Indonesia, dr. Andhika menjelaskan kalau dalam perkembangan sains, pengobatan kanker paru di dunia medis bukan lagi kemoterapi.
Pasalnya pada mutasi kanker paru seperti EGFR dan ALK itu telah tersedia berbagai pengobatan inovatif yang termasuk golongan terapi target.
"Kanker paru bukan sel kecil pada stadium lanjut jika diobati dengan kemoterapi standar dapat memiliki harapan hidup rata-rata hingga delapan bulan," ujarnya.
Sementara itu, pasien kanker paru yang diagnosanya menghasilkan mutasi EGFR positif jika diterapi dengan kombinasi kemoterapi dan terapi target EGFR inhibitor dapat mempunyai harapan hidup secara keseluruhan mencapai 11,5 bulan.
Sedangkan, pasien yang terdiagnosis mutasi ALK positif bila mendapatkan pengobatan kombinasi kemoterapi standar dengan terapi target ALK inhibitor dapat memperpanjang angka kelangsungan hidup bebas progresi pasien.
Baca Juga: Benarkah Vaping Bisa Sebabkan Kanker Paru? Begini Jawaban Dokter Spesialis