Bentuk Dukungan L'Oreal dan UNESCO pada Peneliti Perempuan di Indonesia

Arintha Widya - Sabtu, 12 November 2022
Ilustrasi peneliti perempuan.
Ilustrasi peneliti perempuan. PeopleImages

Parapuan.co - Kawan Puan, pada 2022 ini L'Oréal Indonesia kembali menggelar kegiatan L'Oréal-UNESCO For Women in Science untuk merayakan dan mendukung kiprah para peneliti perempuan Indonesia di bidang sains.

Melalui program For Women in Science, L'Oréal melihat begitu banyak peneliti perempuan dengan kemampuan luar biasa yang berada di garis depan penelitian.

Namun sebagaimana dalam press rilis yang diterima PARAPUAN, dikatakan bahwa masih ada kesenjangan gender global yang signifikan di semua bidang ilmiah.

Pada 2021, UNESCO mencatat bahwa persentase perempuan peneliti di dunia hanyalah 33,3 persen.

Sementara di Indonesia, menurut Survei Angkatan Kerja Nasional 2020, hanya 3 dari 10 perempuan Indonesia yang berkarir di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM).

"Minimnya jumlah perempuan peneliti di Indonesia salah satunya juga disebabkan oleh penurunan jumlah perempuan yang menempuh pendidikan tinggi," kata Dr. Itje Chodidjah, M.A., Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

"Data Statistik Pendidikan Tinggi 2020 Kemendikbud mencatat bahwa jumlah perempuan yang menempuh pendidikan tinggi terus menurun signifikan pada setiap jenjang," imbuhnya.

"Jumlah mahasiswi Strata 1 adalah 897.731, Strata 2 60.906 dan tersisa 5.245 mahasiswi pada jenjang Strata 3. Dengan kata lain, drop rate jumlah mahasiswi dari Strata 1 ke Strata 3 adalah sekitar 99,4 persen," terangnya lagi.

Tidak hanya itu, perempuan yang berkarir di dunia sains pun masih menghadapi berbagai rintangan seperti gender bias, diskriminasi hingga kekerasan seksual yang masih terus berlangsung hingga saat ini.

Baca Juga: Beragam Profesi Unik di Drakor, Ada Kim Sejeong sebagai Peneliti Makanan

Sumber: Press Release
Penulis:
Editor: Arintya


REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?