Parapuan.co - Stunting masih menjadi masalah bagi bayi dan anak Indonesia.
Adapun angka stunting di tahun 2021 sebesar 24,4 persen, sehingga untuk mencapai target tersebut diperlukan penurunan 2,7 persen setiap tahun.
Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Ph.D, Sp.A(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Ketua Satgas Stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengaku optimis Indonesia mampu mencapai target selama konsisten menjalankan konsep yang terbukti secara ilmiah (scientifically proven).
“Hasil penelitian membuktikan zat makanan terpenting untuk mencegah stunting adalah protein. Kunci menurunkan stunting adalah mengonsumsi asam amino esensial lengkap dan cukup yang bersumber dari protein hewani.
"Penelitian lebih jauh mengungkap bahwa pangan sumber protein hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap dan bisa didapatkan dari susu, telur, ikan, ayam dan lainnya,” ungkap Prof. Damayanti, di acara seminar media “Peranan Protein Hewani dalam Mencegah Stunting di Indonesia” pada Selasa (24/1/20223).
Tidak semua balita pendek itu diklasifikasikan sebagai stunting, melainkan hanya yang mengalami kekurangan gizi berulang atau kronis.
Banyak hal akan dialami anak jika mengalami kekurangan gizi terus menerus, dimulai dari anak mengalami kenaikan berat badan yang tidak adekuat (memadai) atau dikenal dengan weight faltering.
Contohnya pada bayi berusia 0-3 bulan mengalami kenaikan berat badan kurang 750 gram/bulan, jika tidak dilakukan intervensi segera, lama-kelamaan berat badannya akan berkurang atau underweight, yang berakibat penurunan imunitas, mudah terinfeksi penyakit, dan akhirnya mengalami gizi kurang dan gizi buruk, sehingga memengaruhi pembentukan hormon pertumbuhan.
Ketika hormon pertumbuhan berkurang, penambahan tinggi badan juga terhambat.
Baca Juga: Gitasav Singgung Soal Stunting, Kenali Ini Tanda Sunting yang Perlu Diwaspadai