Parapuan.co – Gadget sulit untuk dilepaskan dari proses tumbuh kembang anak-anak yang lahir di era digital. Pengenalan gadget kepada anak pun seperti dua sisi mata uang. Pada satu sisi, gadget dapat menjadi sarana edukasi. Namun, di sisi lain, ketergantungan untuk mengonsumsi konten digital dapat membuat tumbuh kembang kognitif anak terganggu.
Oleh sebab itu, menjadi orangtua di era digital tidaklah mudah. Hal ini dialami oleh setiap ibu, termasuk mompreneur Novia Candra Dewi. Kesibukan membuat Novia dan suami sempat mengandalkan gadget sebagai sarana untuk membuat anaknya yang belum genap berusia dua tahun anteng.
Ia dan suami tak menyangka bahwa kebiasaan memberikan gadget kepada anak ternyata berdampak buruk. Sang buah hati menjadi ketergantungan terhadap gadget. Bahkan, saraf mata anak sempat terganggu.
“Jadi, aku sempat mengalami anakku ketergantungan gadget. Aku dan suami sadar bahwa itu salah kami. Kami menyerahkan pengasuhan ke gadget, meski anak belum berusia 2 tahun,” kisah Novia.
Penyesalan dan rasa panik menghantui Novia. Anak akan tantrum ketika gadget dilepas dari tangannya, sementara saraf matanya tidak lagi kuat menahan screentime yang panjang. Belajar dari kesalahan, Novia pun mencari berbagai cara untuk bisa menyembuhkan anaknya dari ketergantungan gadget.
Novia dan suami pun bertekad memperbaiki pola asuh anak. Ia belajar dari berbagai sumber hingga menemukan quiet book. Media permainan edukatif itu belum populer di Indonesia. Sebaliknya, di luar negeri buku tersebut sudah banyak digunakan untuk terapi anak serta membantu tumbuh kembang anak.
“Buku itu sangat bagus menurutku. Di luar negeri buku itu digunakan untuk terapi anak berkebutuhan khusus. Salah satunya, untuk melatih kemampuan sensoris dan motorik,” kisah Novia.
Upaya Novia dan suami membuahkan hasil. Buah hati mereka tidak lagi tergantung kepada gadget dan lebih memilih permainan edukatif. Pengalaman berharga tersebut membuat Novia ingin membantu sesama orangtua yang anaknya mengalami ketergantungan gadget.
Itulah titik tolak perempuan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menjadi mompreneur. Novia dan suami kemudian merintis pembuatan mainan edukatif untuk anak-anak Indonesia dengan brand Foxandbunny.
Untuk merancang produk-produknya, Foxandbunny mengajak psikolog anak sehingga dampak positif dari mainan berkonsep play-based learning yang dihasilkan benar-benar nyata.