Parapuan.co - Perempuan, sejak dulu kala, seringkali dihadapkan pada berbagai stigma dan stereotip dalam masyarakat.
Hal ini begitu terasa ketika mereka hendak membuat pilihan, baik itu dalam hal karier, gaya hidup, hingga pilihan pribadi.
Stigma ini seolah membatasi ruang gerak perempuan dan mendikte apa yang dianggap "benar" atau "layak" untuk kita lakukan.
Misal saja, perempuan seringkali dianggap lebih cocok untuk pekerjaan tertentu yang dianggap lebih feminin, seperti guru atau perawat.
Jika memilih karier yang dianggap maskulin, kaum hawa seringkali dipertanyakan komitmennya pada keluarga.
Begitu juga soal pilihan gaya hidup, ketika kita memilih sesuatu yang dianggap "tidak lazim", seringkali menjadi sasaran kritik.
Sebagai contoh, perempuan yang memilih hidup single atau tidak ingin memiliki anak sontak dilabeli "tidak normal" atau bahkan "menyalahi kodrat".
Padahal, setiap dari kita - perempuan, punya kebebasan untuk bisa memilih apapun yang menurut kita terbaik dalam hidup.
Stigma dan stereotip terhadap perempuan seringkali berakar pada pandangan patriarki yang menganggap perempuan sebagai pihak yang lebih lemah dan harus tunduk pada laki-laki.
Baca Juga: Politisi Perempuan Hadapi Banyak Tantangan, Ini Cara Dyah Roro Esti Mengatasinya