Jaga Mata, Jaga Masa Depan: Waspada Glaukoma untuk Perempuan

Tim Parapuan - Jumat, 14 Maret 2025
Mata perempuan
Mata perempuan

Parapuan.co - Sebagai perempuan, kita sering kali menaruh perhatian besar pada kesehatan keluarga, kecantikan, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Namun, ada satu aspek yang sering luput dari perhatian, yaitu kesehatan mata kita sendiri. 

Tahukah Kawan Puan bahwa glaukoma adalah penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak? Yang lebih mengejutkan, penyakit ini sering kali berkembang tanpa gejala hingga penglihatan sudah mulai terganggu secara permanen.

Dalam rangka memperingati Pekan Glaukoma Sedunia 2025, JEC Eye Hospitals and Clinics menggelar sesi media edukatif, yang menghadirkan DR. Dr.  Iwan Soebijantoro, SpM(K), konsultan oftalmologi di JEC Eye Hospitals and Clinics, untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai fakta, risiko dan pentingnya deteksi dini glaukoma.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023, dari 39 juta kasus kebutaan di dunia, sebanyak 3,2 juta disebabkan oleh glaukoma. Lebih dari 90 persen kasus di negara berkembang tidak terdeteksi karena kurangnya akses ke pemeriksaan mata yang rutin.

Berdasarkan penelitian dari National Library of Medicine, menunjukkan bahwa perempuan lebih rentan terkena glaukoma, karena struktur anatomi mata yang lebih sempit. Selain itu, setelah menopause, penurunan kadar estrogen dapat mempercepat degenerasi saraf optik dan meningkatkan risiko glaukoma.

Glaukoma sendiri merupakan kondisi neuropati optik progresif yang disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik dan berdampak pada penurunan fungsi penglihatan, bahkan kebutaan.

"Sekitar 80 persen kasus glaukoma tidak memiliki gejala, kebanyakan pasien terdiagnosa secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau saat skrining. Namun, jika muncul gejala sakit kepala hebat, pandangan tiba- tiba kabur, mual, muntah, dan kesakitan hebat, masyarakat perlu waspada. Pasien yang menderita glaukoma akut, memiliki waktu 2 x 24 jam untuk segera menurunkan tekanan bola mata, jika terlambat, kelainannya akan menjadi permanen," jelas DR. Dr.  Iwan Soebijantoro, SpM(K).

Meskipun nyaris tidak bergejala, glaukoma berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak, karena glaukoma tidak dapat direhabilitasi. Namun bisa dicegah agar tidak mengalami kebutaan permanen.

Selain faktor usia dan perubahan hormon, beberapa kondisi lain juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena glaukoma, di antaranya:

Baca Juga: Pentingnya Berkedip, 7 Langkah Menjaga Kesehatan Mata Jika Sering Pakai Gadget

 

 

- Tekanan bola mata tinggi (hipertensi okular), yaitu peningkatan tekanan dalam bola mata dapat merusak saraf optik.

- Faktor genetik juga memainkan peran penting dalam risiko seseorang terkena glaukoma.

- Penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah di saraf mata.

- Miopia (rabun jauh) atau hipermetropia (rabun dekat) tinggi, yaitu gangguan refraksi ekstrem dapat berkontribusi pada peningkatan tekanan bola mata.

- Pernah merasakan trauma atau cedera mata dapat merusak sistem drainase mata, meningkatkan risiko glaukoma.

- Penggunaan obat kortikosteroid dalam jangka panjang. Obat kortikosteroid, dapat ditemukan pada obat tetes mata dan obat inhaler penyakit asma.

Glaukoma adalah penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan permanen jika tidak diobati dengan tepat. Namun, masih banyak mitos yang beredar tentang penyakit ini. Berikut beberapa mitos dan fakta tentang glaukoma:

Mitos: Glaukoma hanya menyerang orang tua

Baca Juga: Pentingnya Perempuan Menjaga Kesehatan Reproduksi selama Bulan Suci

Banyak informasi yang bertebaran di luar sana, yang mengatakan bahwa penyakit glaukoma hanya menyerang orang tua saja. Namun nyatanya, hal tersebut adalah mitos. 

Glaukoma dapat terjadi pada siapa saja, termasuk anak muda dan bahkan bayi yang lahir dengan glaukoma kongenital. Faktor risiko seperti riwayat keluarga dan penyakit tertentu seperti diabetes juga bisa meningkatkan kemungkinan terkena glaukoma lebih awal.

Mitos: Sering main gadget atau membaca dalam gelap menyebabkan glaukoma

Faktanya, penggunaan gadget dalam waktu lama memang bisa menyebabkan mata lelah, tetapi tidak secara langsung menyebabkan glaukoma. Penyakit ini lebih berkaitan dengan tekanan bola mata yang meningkat dan kerusakan saraf optik.

Mitos: Jika terkena glaukoma, pasti akan buta

Hal ini fakta, maka dari itu glaukoma disebut "si pencuri penglihatan", tetapi dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, banyak penderita glaukoma dapat mempertahankan penglihatannya selama bertahun-tahun. Pemeriksaan mata rutin adalah kunci utama untuk mencegah kebutaan akibat glaukoma.

Sumber: Kementrian Kesehatan,National Library of Medicine
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Sempat Dimintai Ganti Rugi, Ini Fakta Hubungan Kim Soo Hyun dan Kim Sae Ron