Pelajaran Penting bagi Para Orang Tua dari Serial Netflix Adolescence

Arintha Widya - Selasa, 8 April 2025
Potongan adegan orang tua Jamie Miller di serial Adolescence Netflix.
Potongan adegan orang tua Jamie Miller di serial Adolescence Netflix. Instagram @netflixid

Parapuan.co - Serial Adolescence di Netflix bukan sekadar drama, tapi cermin menyakitkan tentang bagaimana orang tua masa kini berjuang memahami dan membimbing anak-anak mereka di era digital. Kisah Eddie dan Manda Miller, orang tua dari remaja 13 tahun yang berakhir di pengadilan karena menusuk seorang gadis, menjadi peringatan keras tentang pentingnya keterlibatan emosional orang tua.

Sebagian Kawan Puan mungkin sudah menyaksikan serial Netflix Adolescence. Serial ini mengangkat isu tentang seorang anak yang terjebak di komunitas online misogini, mengalami perundungan, dan bingung dengan identitas dirinya di dunia nyata maupun digital.

Manda, ibu dari Jamie Miller menangis, mengingat bagaimana semuanya berubah sejak mereka membelikan anaknya perangkat komputer lengkap. Dalam sebuah adegan, Manda mengisahkan, “Ia pulang, membanting pintu, dan langsung ke komputerJam 1 pagi aku mengetuk dan berkata, ‘Jamie, ayo Nak, besok sekolah.’ Lampu memang mati, tapi dia tidak pernah menjawab."

Adegan ini seolah menjadi representasi nyata ketakutan banyak orang tua: bukan hanya takut anak menjadi pelaku kejahatan, tetapi takut kehilangan koneksi dengan anak-anak yang tenggelam dalam dunia maya.

Eddie, dalam kesedihannya, berkata: “Kita tidak tahu apa yang mereka tonton di kamar mereka, Sayang. Kita tak bisa lakukan apa-apa… semua anak sekarang begini, bukan?"

Mengutip Woman and Home, kalimat yang diungkapkan ayah Jamie, Eddie, mewakili kepasrahan orang tua yang merasa tak berdaya menghadapi dominasi teknologi dalam kehidupan anak-anak mereka.

Namun, Adolescence memberikan pesan penting, di mana orang tua tetap harus menjadi pengaruh utama dalam hidup anak. Suara kita harus lebih kuat dari suara influencer berbahaya seperti Andrew Tate.

Jika kita membiarkan mereka “berkeliaran” sendirian di dunia digital, maka mereka berisiko menyerap pandangan misoginis dan menyimpang tentang maskulinitas dan relasi antargender.

Tanpa arahan dari orang dewasa, anak laki-laki bisa menganggap konten berbahaya—seperti pornografi kekerasan dan bahasa merendahkan perempuan—sebagai gambaran dunia yang wajar. Padahal, riset menunjukkan satu dari tiga anak telah melihat konten pornografi ekstrem sebelum usia 10 tahun.

Baca Juga: Serba-serbi Serial Netflix Adolescence yang Viral: Gambaran Tekanan Sosial terhadap Remaja

Hal-Hal yang Bisa Dilakukan Orang Tua

Di akhir episode, Manda berkata penuh penyesalan: “Tapi kita yang menciptakannya, bukan?" Sebuah kalimat menyayat yang menyadarkan bahwa peran orang tua tak bisa dilepaskan dari pembentukan karakter anak.

Adolescence memang berat untuk ditonton, tetapi ini adalah wake-up call yang kita butuhkan. Sudah waktunya orang tua tidak hanya hadir secara fisik, tapi juga terlibat penuh dalam dunia anak—baik offline maupun online. Untuk mengantisipasi agar hal serupa tidak terjadi pada anak-anak kita, berikut hal-hal yang bisa Kawan Puan lakukan:

1. Mulailah Obrolan Lebih Awal Tentang Dunia Digital

Anak-anak saat ini sudah terekspos internet sejak usia sangat dini. Jangan tunggu sampai mereka remaja atau terlanjur menghadapi konten berbahaya. Mulailah pembicaraan ringan tentang apa itu internet, media sosial, dan bagaimana cara menggunakannya secara sehat, bahkan sebelum mereka memiliki perangkat sendiri.

2. Jangan Biarkan Anak Menggunakan Perangkat di Kamar Tertutup

Privasi memang penting, tapi pengawasan tetap diperlukan. Saat anak menggunakan komputer atau ponsel di kamar yang tertutup, orang tua kehilangan kesempatan untuk mengetahui konten yang mereka akses. Tempatkan perangkat digital di ruang keluarga atau ruang terbuka di rumah agar interaksi tetap bisa terpantau tanpa mengganggu kenyamanan anak.

3. Ajak Anak Berdiskusi Tentang Konten Online yang Mereka Temui

Tanyakan secara terbuka dan tanpa menghakimi, "Tadi lihat apa di TikTok?" atau "Pernah nemu video yang bikin bingung atau tidak nyaman enggak?". Ini memberi ruang bagi anak untuk bercerita, dan membuka peluang bagi orang tua untuk memberikan sudut pandang yang sehat terhadap apa yang mereka konsumsi secara digital.

4. Dorong Anak Mempertanyakan Bahasa dan Stereotip Seksis

Ajarkan anak untuk kritis terhadap bahasa dan sikap yang merendahkan perempuan atau kelompok tertentu, baik yang mereka dengar dari teman, media, maupun influencer. Diskusikan, misalnya, mengapa menyebut perempuan dengan istilah merendahkan itu salah, dan bagaimana menghargai orang lain tak bergantung pada jenis kelamin.

Mudah-mudahan serial Netflix Adolescence yang kita tonton bisa mengubah sudut pandang dan pola asuh kita terhadap anak yang mulai berkawan dengan dunia digital.

Baca Juga: Mengenal Incel: Ideologi Berbahaya yang Viral Lewat Serial Adolescence di Netflix

(*)

Sumber: Woman and Home
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Pelajaran Penting bagi Para Orang Tua dari Serial Netflix Adolescence