Sinopsis Film Pengepungan di Bukit Duri, Ungkap Trauma Perempuan

Tim Parapuan - Jumat, 11 April 2025
Para pemain Pengepungan di Bukit Duri dan Joko Anwar
Para pemain Pengepungan di Bukit Duri dan Joko Anwar (Dok. Poplicist)

Parapuan.co - Sebentar lagi, layar bioskop Indonesia akan kembali diramaikan oleh film karya Joko Anwar yang mengguncang, Pengepungan di Bukit Duri. Bukan sekadar film thriller dan aksi, film ini menjadi refleksi tajam atas wajah kelam Indonesia di masa depan yang tidak terlalu jauh.

Tetapi di balik letupan konflik dan hiruk-pikuk pemberontakan remaja, film ini menyimpan teriakan yang lebih sunyi. Teriakan para perempuan yang selama ini hidup dalam bayang-bayang sistem yang tidak berpihak.

Disutradarai oleh Joko Anwar dan diproduseri oleh Tia Hasibuan, film ini adalah kolaborasi langka antara sineas Indonesia dan Amazon MGM Studios. Namun, di balik teknis produksi yang megah, Pengepungan di Bukit Duri menyisipkan isu kekerasan, ketidakadilan, dan trauma masa lalu yang secara subtil.

Film Pengepungan di Bukit Duri karya Joko Anwar mengambil latar waktu tahun 2027, dalam sebuah gambaran distopia Indonesia yang dikuasai oleh kekacauan sosial dan ketegangan akibat diskriminasi serta intoleransi.

Film ini mengisahkan perjuangan seorang laki-laki beretnis Tionghoa bernama Edwin yang masuk ke dunia pendidikan demi menemukan keponakannya yang hilang, setelah permintaan terakhir dari sang kakak sebelum meninggal dunia.

Karakter Edwin yang diperankan oleh Morgan Oey ini adalah guru pengganti di SMA Duri, sekolah yang dikenal sebagai tempat pembuangan bagi remaja bermasalah. Namun bukan sekadar tempat belajar, sekolah ini berubah menjadi arena kekerasan yang brutal, di mana anak-anak muda sudah kehilangan arah dan empati.

Tia Hasibuan, produser film ini, adalah sosok penting di balik narasi yang kuat. Perannya bukan hanya dalam aspek teknis, tetapi sebagai perempuan yang ikut menentukan arah cerita, intensitas emosi, dan sensitivitas terhadap isu-isu yang selama ini hanya dibisikkan.

Salah satu sisi paling menyentuh dari film ini adalah representasi implisit terhadap trauma kolektif perempuan Tionghoa Indonesia. Meski tidak disebutkan secara eksplisit, karakter-karakter dalam film mengingatkan kita pada tragedi kelam seperti kerusuhan Mei 1998.

Perempuan beretnis Cina menjadi korban kekerasan seksual, penganiayaan, dan kehilangan, serta hingga kini masih menyimpan luka yang tidak sembuh. Pengepungan di Bukit Duri merefleksikan bagaimana sistem yang rusak dan kekerasan massal tidak hanya menyasar secara fisik, tetapi menghancurkan martabat, identitas, dan rasa aman, terutama bagi kelompok minoritas perempuan.

Baca Juga: Representasi Kesetaraan Gender dalam Film dan Series Indonesia

 

Sang sutradara, Joko Anwar, secara sengaja memilih tahun 2027, sebagai latar waktu cerita agar kedekatannya dengan realitas hari ini terasa lebih nyata. Alih-alih menempatkan cerita di masa depan yang terlalu jauh, ia memilih waktu yang dekat. Yaitu hanya dua tahun dari tahun penayangan film, agar pesan sosial dan kemanusiaan dalam film ini terasa mendesak.

Selain itu, salah satu kekuatan film ini terletak pada keberaniannya membongkar sistem. Bukan hanya sistem pendidikan, tetapi juga sistem sosial yang mewariskan kekerasan secara turun-temurun. Ini bukan hanya kritik pada negara yang lalai, tetapi juga terhadap kita semua yang terlalu lama diam.

Lewat lensa perempuan, Pengepungan di Bukit Duri bisa dibaca sebagai seruan untuk menyelamatkan generasi. Dan penyelamatan itu tidak cukup hanya dengan hukum dan kebijakan, tetapi juga empati, ruang aman, dan pengakuan atas luka kolektif yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sebagai penonton perempuan, kita diajak tidak hanya menjadi saksi, tetapi juga bagian dari percakapan besar tentang siapa yang dilindungi dan dikorbankan. Film ini tidak menawarkan jawaban, tetapi membuka pertanyaan-pertanyaan penting yang selama ini dibungkam. 

Film ini adalah panggilan untuk perempuan agar berani mengingat, berbicara, dan memperjuangkan ruang yang lebih adil. Film Pengepungan di Bukit Duri akan tayang di bioskop pada 17 April 2025.

Daftar Pemain Pengepungan di Bukit Duri:

1. Morgan Oey sebagai Edwin

2. Omara Esteghlal memerankan Jefri

Baca Juga: Rekomendasi Film Animasi untuk Balita yang Juga Bisa Dinikmati Dewasa

3. Hana Pitrashata Malasan sebagai Diana

4. Satine Zaneta sebagai Doti

5. Farandika memerankan Jay

6. Fatih Unru sebagai Rangga

7. Florian Rutters berperan sebagai Sean

8. Dewa Dayana tampil sebagai Gery.

9. Sandy Pradana memerankan Anto

(*)

Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Atasi Masalah Ketombe dan Kepala Gatal dengan Masker Rambut Alami