Parapuan.co - Generasi milenial, yang umumnya mencakup mereka yang lahir antara awal 1980-an hingga akhir 1990-an, kerap disebut sebagai generasi paling terdidik dalam sejarah. Namun, prestasi akademik yang mengesankan ini ternyata tidak sejalan dengan kondisi keuangan mereka yang justru penuh tantangan.
Sebuah studi mengungkapkan ironi besar: meski mencetak rekor pendidikan, generasi milenial justru menghadapi tekanan ekonomi dan beban finansial yang belum pernah dialami oleh generasi sebelumnya. Bagaimana bisa? Simak uraian yang dikutip dari Hype Fresh berikut ini!
Rekor Pendidikan Tertinggi
Dalam hal pendidikan, milenial mencatatkan prestasi luar biasa. Menurut laporan dari Berkeley Institute for the Future of Young Americans tahun 2019, jumlah individu berusia 29 tahun yang memiliki setidaknya gelar sarjana meningkat dua kali lipat dalam enam dekade terakhir—dari 17,6 persen di awal 1970-an menjadi 35,3 persen dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan, sejak 2018, milenial telah melampaui Generasi X sebagai generasi dengan lulusan perguruan tinggi terbanyak. Namun, pencapaian ini dibarengi dengan konsekuensi finansial yang besar.
Milenial harus berutang lebih banyak untuk meraih gelar mereka dibanding generasi lain. Hingga 2018, utang pinjaman mahasiswa di AS telah mencapai lebih dari 1,48 triliun dolar—angka yang jauh melampaui total utang kartu kredit nasional.
Stabilitas Finansial yang Kontras
Meski sering dianggap sebagai generasi yang paling kesulitan secara ekonomi, data justru menunjukkan bahwa milenial memiliki posisi keuangan yang relatif lebih kuat dibandingkan pendahulunya saat berada di usia yang sama.
Studi LendingTree tahun 2025 mencatat bahwa pada tahun 2022, milenial (usia 26–41) memiliki median kekayaan bersih sebesar USD 84.941 atau setara Rp1,4 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan Generasi X pada usia yang sama (USD 78.333/Rp1,3 miliar) maupun baby boomer (USD 58.101/Rp975 juta), jika disesuaikan dengan inflasi.
Baca Juga: Pekerja Terkena PHK Berhak Dapat Gaji 60 Persen Selama 6 Bulan, Ini Aturannya
Sebanyak 99,3 persen milenial memiliki aset pada tahun 2022, lebih tinggi dibandingkan Gen X (97,5 persen) dan baby boomer (93,8 persen). Meski demikian, mereka juga memiliki tingkat utang yang lebih tinggi, dengan 88,1 persen di antaranya menanggung beban pinjaman, dibandingkan Gen X (86,9 persen) dan baby boomer (85,8 persen).
Jurang Utang Mahasiswa
Perbedaan finansial di antara milenial sendiri pun sangat mencolok. Mereka yang memiliki utang mahasiswa tercatat memiliki kekayaan bersih rata-rata hanya USD 29.087 (Rp488 juta)—jauh lebih rendah dibandingkan USD 114.376 (Rp1,9 miliar) bagi milenial yang tidak memiliki utang pendidikan.
Mereka juga memiliki 46 persen lebih sedikit tabungan dan dana pensiun USD 18.745 (Rp314 juta) lebih rendah. Ketimpangan ini mencerminkan realitas baru yang belum pernah dialami generasi sebelumnya, di mana investasi pendidikan membawa konsekuensi ekonomi jangka panjang yang besar.
Penghasilan: Tak Serendah yang Dikira
Salah kaprah lain yang sering muncul adalah anggapan bahwa milenial merupakan generasi dengan penghasilan paling rendah. Padahal, data menunjukkan bahwa milenial justru menghasilkan lebih banyak dibanding generasi sebelumnya di usia yang sama.
Mereka yang lahir tahun 1989, misalnya, memperoleh pendapatan kumulatif sebesar USD 446.570 (Rp7,5 miliar) pada usia 25 hingga 34 tahun (periode 2014–2023). Angka ini lebih tinggi 6,9 persen dari pendapatan Gen X (USD 417.700/Rp7 miliar) dan 23,2 persen lebih tinggi dibanding baby boomer (USD 362.330/Rp6,08 miliar) setelah disesuaikan dengan inflasi.
Namun, kesenjangan tetap terlihat dalam laporan tahun 2017, yang menunjukkan bahwa penghasilan median milenial masih di bawah Gen X dan baby boomer secara keseluruhan. Hal ini disebabkan perbedaan tahapan karier dan tidak serta-merta mencerminkan kurangnya peluang.
Tantangan Ekonomi yang Unik
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Hedonic Adaptation: Gaji Besar Tapi Tetap Tidak Bahagia
Milenial menghadapi berbagai tantangan yang belum pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya. Harga rumah dan biaya sewa meningkat drastis. Pada usia 35 tahun di 2024, median sewa yang harus dibayar milenial adalah USD 1.481 (Rp24,8 juta)—naik 26,1 persen dibandingkan baby boomer pada usia yang sama.
Ditambah lagi, milenial mengalami dua guncangan ekonomi besar: krisis finansial 2008 dan pandemi COVID-19, yang berdampak besar pada tabungan, karier, dan kemampuan mereka untuk membangun kekayaan.
Sebuah Potret Finansial yang Kompleks
Kesimpulannya, milenial adalah generasi dengan paradoks paling mencolok. Mereka mencetak rekor pendidikan dan kekayaan bersih, tetapi harus bergelut dengan utang yang barangkali belum pernah sebesar sekarang, harga rumah yang melambung, dan tekanan ekonomi yang luar biasa.
Ketimpangan antara mereka yang memiliki dan tidak memiliki utang pendidikan pun semakin dalam, membentuk jurang finansial di dalam generasi itu sendiri.
Generasi milenial bukanlah generasi yang paling miskin atau paling gagal secara ekonomi, tetapi mereka hidup dalam konteks ekonomi yang sangat berbeda: penuh tekanan, penuh tantangan, dan sangat dipengaruhi oleh investasi mereka di dunia pendidikan—investasi yang sangat mahal, baik secara literal maupun emosional.
Jadi, milenial bukanlah generasi dengan terpintar dengan pendapatan paling rendah sepanjang sejarah. Hanya saja sejarah memberikan mereka tantangan ekonomi yang lebih tidak pasti dibandingkan generasi sebelumnya.
Studi ini mestinya memberikan kita pelajaran, agar mau terbuka dengan literasi keuangan sehingga mampu mengelola finansial lebih baik.
Baca Juga: 6 Tips Mengatur Gaji agar Cukup untuk Kebutuhan, Tabungan, dan Investasi
(*)