Parapuan.co - Kata-kata yang cenderung mengarah pada toxic positivity menjadi kritik bagi kebanyakan orang sehubungan dengan pandemi Covid-19.
Pasalnya, selama pandemi orang-orang banyak menderita penyakit, kehilangan pekerjaan, lockdown, omset bisnis yang menurun, atau kesulitan keuangan.
Namun, sekalipun orang-orang mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak kita harapkan, tetap ada cara untuk menghindari toxic positivity.
"Kebahagiaan adalah pilihan. Kita harus tetap positif di tengah pandemi. Harus selalu bersyukur ya." Kalimat tersebut bernada baik, tetapi bisa jadi bentuk toxic positivity lho.
Baca Juga: 5 Pesan BCL untuk Perempuan: Mencintai Diri Sampai Saling Mendukung
Meskipun terdengar wajar dan sering didengar, ternyata hal itu bisa menutup apapun yang ingin orang lain katakan tentang apa yang sedang mereka rasakan.
Selain itu, toxic positivity pun bisa berupa menghindari masalah yang dihadapi, dan merasa bersalah karena sedih atau kecewa terhadap suatu kondisi.
Melansir Verywellmind, PARAPUAN telah merangkum cara menghindari toxic positivity yang bisa Kawan Puan terapkan ke diri sendiri. Simak yuk!
Kelola emosi negatifmu
Kelolalah emosi negatif yang kita rasakan. Akan tetapi, jangan menyangkalnya. Akuilah.
Emosi negatif dapat menyebabkan stres jika tidak dikendalikan. Namun, emosi itu juga dapat memberikan informasi penting yang membawa perubahan dan bermanfaat dalam hidup kamu.
Realistis pada apa yang dirasakan
Bersikaplah realistis tentang apa yang seharusnya kamu rasakan. Saat kamu menghadapi situasi stres, wajar jika kamu merasa stres, khawatir, atau bahkan takut.
Fokuslah pada perawatan diri dan mengambil langkah yang dapat membantu memperbaiki situasi kamu saat ini.
Baca Juga: Pernah Gagal Saat Meraih Tujuan? Ini 6 Tips untuk Membangkitkan Semangatmu
Tidak apa-apa merasakan emosi lebih dari satu
Tidak apa-apa untuk merasakan emosi lebih dari satu. Perasaanmu bisa jadi sama kompleksnya dengan keadaan yang sedang kamu hadapi.
Kalau kamu menghadapi tantangan, mungkin ada perasaan gugup tentang masa depan dan juga sekaligus berharap kamu akan berhasil.
Mendengarkan dan memberikan dukungan
Saat seseorang mengungkapkan emosi yang sulit, jangan berhentikan mereka. Dengarkanlah.
Sebaliknya, biarkan mereka tahu bahwa apa yang mereka rasakan adalah normal dan kamu ada di sana untuk mendengarkan.
Kamu juga bisa mendengarkan dan mendukung dirimu sendiri, serta belajar memahami apa yang sedang kamu rasakan.
Perhatikan perasaanmu
Mengikuti akun media sosial yang "positif" terkadang dapat menjadi sumber inspirasi, tetapi perhatikan bagaimana perasaanmu setelah melihat dan berinteraksi dengan konten semacam itu.
Kalau kamu merasa bersalah setelah melihat postingan yang terlihat seperti memberi semangat, itu mungkin tanda toxic positivity, dan sudah waktunya untuk membatasi konsumsi media sosial.
Biarkan dirimu untuk merasakan perasaan yang sedang kamu rasakan. Alih-alih mencoba menghindari emosi yang sulit, biarkan dirimu merasakannya.
Baca Juga: Catat! Ini 5 Tanda Kamu dan Pasangan Berada dalam Hubungan Sehat
Perasaan ini nyata, valid, dan penting. Mereka dapat memberikan informasi dan membantu kamu melihat hal-hal tentang situasi yang perlu kamu upayakan untuk diubah.
Kalau kamu mengalami sesuatu yang sulit, pikirkan cara untuk menyuarakan emosi kamu dengan cara yang produktif. Bisa dengan menulis jurnal atau berbicara dengan teman.
Cara itu bisa membantu menurunkan intensitas perasaan negatif yang sedang kita rasakan. Temukanlah cara yang sesuai dengan kenyamananmu. (*)