Idap Kanker Hingga Pilih Hidup Sederhana, Feby Febiola: Aku Menceritakan Kebaikan Tuhan

Firdhayanti - Kamis, 8 April 2021
Feby Febiola dalam Youtube Daniel Manata Network
Feby Febiola dalam Youtube Daniel Manata Network Tangkapan Layar Youtube Daniel Manata Network

 

Parapuan.co - Bagi Feby Febiola, diberi ujian oleh Tuhan adalah sebuah jalan menuju pribadi yang dapat bermanfaat bagi banyak orang. 

Hal itu dialaminya setelah berbagai hal yang ia dapat, seperti kanker ovarium yang dideritanya saat hidupnya sudah lancar dan stabil di Bali.

Meskipun sempat susah saat memilih hidup sederhana hingga mengidap kanker ovarium, Feby merasa Tuhan tetaplah baik kepadanya. 

Baca Juga: Marion Jola Bicara Soal Beauty Standard dan Perjalanannya Mencintai Diri Sendiri

Perempuan kelahiran 27 Mei 1978 itu merasa bahwa penyakit yang diidapnya justru membawanya untuk membagi pengalamannya. 

"Bayangin enggak sih kalau misalnya aku enggak mengalami kanker ovarium, botak, mungkin kamu enggak akan ngundang aku dan sekarang aku ada di sini menceritakan kebaikan Tuhan," tutur Feby dalam video Youtube Daniel Manata Network. 

Melansir Kompas.com, Feby mengidap kanker ovarium stadium 1C. Feby telah memangkas habis rambutnya dan melakukan operasi pengangkatan rahim. 

Feby telah melakukan operasi pengangkatan rahim serta memangkas habis rambutnya.

Awalnya, Feby Febiola mengaku merasa berat mengungkapkan penyakitnya kepada publik karena takut  mendapat hujatan dari warganet.

Pada akhirnya, berkat dukungan sang suami, Feby Febiola memberanikan diri untuk mengunggah foto dirinya dengan kondisi kepala tanpa rambut.

Setelah mengunggah foto itu, Feby Febiola justru mendapat banyak dukungan dari warganet.

Feby Febiola berpendapat tak sedikit orang yang berprasangka buruk dengan apa yang dia alami.

Baca Juga: Tinggal di Korea, Begini Persiapan Kimbab Family Sambut Ramadan

 

"Kadang orang-orang merasa kalau misalkan ada sesuatu yang buruk terjadi, 'Wah pasti ini hidupnya penuh dengan dosa nih'. Padahal, kan belum tentu," kata Feby.

Menurut Feby Febiola, semua yang terjadi dalam hidupnya justru membuatnya berubah dan mendapatkan pengalaman spiritual.

"Maksud aku kayak orang gampang banget untuk berbicara menghakimi orang cuma karena sesuatu terjadi.

Mungkin juga itu harus terjadi selama hidupnya dia supaya dia berubah, supaya dia mungkin menemukan Tuhan," ucapnya.

Mulai dari Nol di Bali 

Setelah menikah dengan Franky Sihombing, Feby Febiola mengaku sudah tak tertarik dengan dunia hiburan dan memutuskan pindah ke Bali untuk memulai hidupnya kembali. 

"Mendadak segala sesuatu yang dulu menjadi inti hidup aku, sesuatu yang aku banggakan itu kayak sudah enggak ada daya tariknya lagi," ujar Feby.

Oleh sebab itu, Feby dan suami memutuskan untuk pindah dari Jakarta dan menetap di Bali.

Bahkan, sebelum pindah, Feby Febiola menolak tawaran bermain sinetron kejar tayang.

Baca Juga: Apa Itu Survivorship Bias? Berikut Penjelasan dan Faktor Penyebabnya

 

"Kayak udah enggak ada yang mengejutkan aku lagi, yang bikin aku excited lagi. Akhirnya, ya sudahlah kami pindah ke Bali," ucap perempuan berusia 42 tahun ini. 

Saat pindah ke Bali, Feby mengaku tak mudah pada awal kepindahannya. 

Feby bercerita bahwa ia dan suaminya tinggal di sebuah indekos dan memulai kehidupan yang sederhana. 

"Kami pindah ke Bali itu benar-benar nol. Pertama kali kami ngekos karena aku mikirnya gini, aku udah enaklah kalau di Jakarta semua harus serba glam.

Terus kami mikir kami mesti menjaga pengeluaran ya daripada kami jor-joran sewa rumah," sambungnya.

Feby juga menceritakan bahwa ia akhirnya menyewa kontrakan sederhana dan pernah membuka bisnis kafe walau tidak berhasil. 

"Dua sampai tiga kali kami pindah kos terus buka kafe tapi gagal, terus pindah ke rumah kontrakan sederhana. Jangan pikir rumah kontrakannya yang bagus, ini yang biasa banget," tutur Feby.

Meski mengalami hal yang berat di awal kepindahannya ke Bali, Feby Febiola dan suami tetap berjuang melewatinya. (*) 

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja