"Pake gali, pake alat pemberat untuk bisa membebaskan mereka dari tertimbunnya lumpur dan sebagainya, itu menimbulkan trauma yang luar biasa ," lanjutnya.
Selain sebagai bidan, Joria yang juga berperan sebagai kepala dari Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa ini pun berusaha untuk menghidupkan suasana dengan mencoba menghibur para ibu dari kesedihan akibat bencana.
Ditambah lagi, tak adanya orang-orang yang berkecimpung di bagian kejiwaan dan psikologi.
Baca Juga: Banjir NTT, Lakukan Hal ini Saat Alami Pelecehan Seksual di Situasi Bencana
"Jadi pas hadir di sana itu sekaligus saya bidannya, saya tugasnya saya juga bisa menghidupkan suasana atau menghibur anak-anak, ibu hamil ya biar ke sananya rame dan mereka bisa tertawa juga gitu lho, senang gitu," cerita Joria.
Joria mengajak mereka untuk mengobrol sambil memijat tubuh mereka.
"Iya diajak ngobrol, dipijet-pijet, misal kayak gitu, nah itu mereka udah senang," ujar Joria.
"Karena kita tidak punya fasilitas untuk mainan, atau apa nggak ada kan bantuan juga belum datang, akses juga masih terputus semua, tadi kami pulang pun kami menyusuri tempat-tempat yang memang rusak berat tapi memang kami harus pulang kan, nah gitu," cerita Joria.