Parapuan.co - Pada Minggu (4/4/2021) lalu, Nusa Tenggara Timur tertimpa bencana alam yang disebabkan oleh bibit siklon tropis seroja.
Bibit siklon ini menyebabkan terjadinya banjir bandang, angin kencang, tanah longsor, dan gelombang tinggi di sejumlah wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Baca Juga: Rachel Vennya Turun Langsung Ke NTT Bantu Korban Banjir Bersama Mensos
Tidak sedikit warga yang menjadi korban. Mereka harus kehilangan harta benda, rumah, bahkan keluarga.
Perlu Kawan Puan ketahui bahwa data jumlah korban yang meninggal dunia terus diperbarui oleh pihak BNPB. Hal ini menunjukkan semakin banyak warga yang telah kehilangan orang tua, saudara, atau pun kerabat terdekatnya.
Sering luput dari perhatian, anak-anak juga menjadi salah satu kelompok yang terdampak dalam situasi bencana ini. Secara tidak langsung, bencana ini memengaruhi kondisi fisik atau psikis mereka.
Hal tersebut disampaikan oleh Ai Maryati Solihah, Komisioner KPAI Bidang Trafficking dan Eksploitasi pada Kamis (8/4/2021) kepada PARAPUAN.
Baca Juga: Gubernur NTT Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Menyusul Banjir Bandang dan Longsor
Menurut Ai Maryati, anak-anak menjadi bagian yang begitu rentan di dalam kondisi kritis seperti ini. Apalagi ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemulihan pasca bencana.
Perhatian khusus wajib diberikan sebab jika hal tersebut terlewati begitu saja, maka kelak akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis anak-anak. Dalam wawancara tersebut, Ai Maryati menuturkan, hal yang perlu diperhatikan untuk anak-anak di kondisi bencana adalah:
1. Pemenuhan tumbuh kembang
Hal ini terkait dengan gizi bagi anak-anak seperti susu dan vitamin. Tetapi seperti yang kita ketahui kalau berada di lokasi pengungsian serba terbatas, apalagi jika terdapat kendala dalam pendistribusian bantuannya.
Namun, pemenuhan gizi seperti makanan, susu, biskuit, dan vitamin harus tetap terpenuhi dengan adanya bantuan.
Mengingat hal ini akan mempengaruhi tumbuh kembangnya dan juga kondisi kesehatan mereka.
Baca Juga: Gubernur NTT Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Menyusul Banjir Bandang dan Longsor
2. Anak-anak yang terpisah atau kehilangan orang tua/keluarga
Dalam situasi bencana alam seperti ini mungkin terdapat anak yang terpisah dari orang tua atau bahkan kehilangan keluarganya.
Kondisi seperti tentu mempengaruhi kondisi mental mereka yang harus kehilangan sosok terdekatnya.
"Kasus anak yang terpisah atau kehilangan orang tua dan keluarga mungkin saja terjadi di lokasi bencana, dan tentu saja anak membutuhkan keluarga ketiga dalam hal ini seperti nenek, kakek, bude, om, atau tante," tutur Ai Maryati kepada PARAPUAN.
Sebab jika tidak demikian, maka anak bisa tidak memiliki arah dan tujuan.
"Oleh karena itu KPAI mendorong BNPB untuk bekerja sama dengan Kemenpppa beserta Balai Perlindungan Anak di Pemda setempat untuk segera melakukan pendataan untuk kemudian Balai Perlindungan Anak setempat berperan menjadi lembaga yang akan menjadi pengurus dari anak-anak yang kehilangan keluarga atau orang tuanya. Setelah itu memberikan solusi berupa keluarga ketiga ataupun dengan keluarga baru seperti menempatkan anak-anak ke panti asuhan setempat," tambah Ai Maryati.
Baca Juga: Kebaikan Jangan Ditunda, Indah Permatasari Bagi Info Donasi Banjir NTT
3. Sarana anak-anak di lokasi pengungsian.
Selain sandang dan pangan, anak-anak tentu membutuhkan sarana yang berbeda dengan orang dewasa.
Dari segi lokasi pengungsian, anak-anak tidak bisa berada di sembarang tempat seperti orang dewasa.
Ditambah dengan kebutuhan khas anak seperti susu formula, makanan/biscuit, baju, dan popoknya.
4. Ancaman di luar situasi dari lingkungan sekitar
Hidup berada di pengungsian dan tinggal bersama dengan warga yang terdampak lainnya tentu membuat anak-anak seakan tak memiliki batas antara satu sama lain.
Kondisi seperti tentu menjadi sangat rentan bagi anak-anak untuk melihat seperti adanya konflik di luar dan kekerasan yang terjadi di lingkungannya.
Hal yang paling parah, anak-anak juga rentan menjadi korban dari kekerasan termasuk kekerasan seksual. Upaya yang bisa dilakukan yakni dengan mencegah dan memastikan anak tidak menyaksikan hal tersebut dengan selalu mendapat dampingan dan awasan dari petugas terkait.
Baca Juga: BNPB Pastikan Kebutuhan Perempuan dan Anak di Pengungsian Banjir NTT Memadai
Selain itu, memberikan edukasi atau pengajaran terkait kesehatan reproduksi juga penting. Hal tersebut dapat dilakukan dengan diajarkan bagian apa yang boleh atau tidak disentuh oleh orang yang tidak dikenal.
Menurut Ai Maryati, cara terbaik bagi anak-anak sebagai upaya pencegahan yakni dengan edukasi, tuntunan, dan bimbingan psikolog.
5. Memastikan semua bantuan kebutuhan anak terpenuhi
Setelah melihat banyaknya bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, hal selanjutnya perlu dilakukan yakni memastikan semua kebutuhan anak terpenuhi.
Ai Maryati juga menjelaskan, untuk situasi darurat seperti sekarang hal utama harus dipenuhi untuk anak-anak yakni hak dasar berupa sandang dan pangan, kemudian sarana bagi anak, dan perlindungan hak anak.
(*)
Baca Juga: Pilih Mandi Air Dingin atau Air Panas? Yuk Simak Kelebihan Keduanya!