Parapuan.co - Nama Silicon Valley tengah santer dibicarakan belakangan ini, menyusul rencana pemerintah membangun kawasan ekonomi khusus di Jawa Barat yang akan menyerupai Silicon Valley.
Kompas.com mewartakan bahwa PT Amarta Karya (Persero) ditunjuk untuk membangun kawasan yang akan dinamakan Bukit Algoritma tersebut di Sukabumi, Jawa Barat.
Rencananya, Bukit Algoritma akan dibangun di lahan seluas 888 hektar di Kecamatan Cikidang dan Kecamatan Cibadak.
Seperti halnya Silicon Valley, Bukit Algoritma rencananya akan menjadi pusat penelitian dan pengembangan teknologi, juga pusat pengembangan sumber daya manusia.
Baca Juga: Ini Kisah Dua Perempuan yang Lulus Program Bangkit dari Google
Tahap awal pembangunan Bukit Algoritma dalam tiga tahun ke depan akan menghabiskan biaya sebesar EUR1 miliar atau sekitar Rp18 triliun.
Jumlah yang fantastis demi menghadirkan Silicon Valley ke dalam negeri.
Lantas, apa sebetulnya Silicon Valley sampai Indonesia mati-matian menciptakan Silicon Valley-nya sendiri?
Apa dan di Mana Silicon Valley?
Silicon Valley merupakan tempat perusahaan-perusahaan teknologi kelas dunia seperti Google, Apple, dan Facebook bermarkas.
Area ini terletak di sisi selatan Teluk San Fransisco, California, Amerika Serikat (AS).
Wilayah Silicon Valley meliputi Santa Clara dan San Mateo, tepi barat Alameda County, serta Scotts Valley di Santa Cruz.
Selain itu, kawasan ini termasuk salah satu tempat terkaya di dunia mengingat banyak bos raksasa teknologi tersebut bermukim di sana.
Salah satunya sang pendiri Facebook, Mark Zuckerberg.
Bahkan, per Mei 2012, 14 persen rumah tangga di Santa Clara dan San Mateo berpenghasilan minimal USD200.000 per tahun atau setara dengan Rp2,9 miliar (kurs 12 April 2021).
Baca Juga: Tak Hanya Facebook dan Instagram, TikTok Juga Bisa Dimanfaatkan Jadi Ladang Uang
Kenapa Dinamakan Silicon Valley?
Sebetulnya pada 1900-an, kawasan ini dulu dikenal sebagai Valley of Heart's Delight yang kalau diterjemahkan menjadi Lembah Kesenangan Hati.
Ini karena area tersebut dulu ditumbuhi banyak buah sehingga menyenangkan hati orang-orang yang melihat kawasan ini kala panen.
Kemudian pada 1950-an, di area itu mulai bermunculan produsen cip silikon.
Cip silikon adalah komponen integral pada industri semikonduktor dan cip ini digunakan untuk membuat berbagai barang elektronik.
Barang-barang elektronik yang dimaksud antara lain telepon seluler, komputer, konsol video game, dan lainnya.
Lama-kelamaan, produsen cip silikon semakin menjamur di kawasan tersebut sehingga membuat orang-orang yang ingin bekerja di bidang teknologi berdatangan ke sana.
Meski begitu, julukan Silicon Valley belum lahir saat itu.
Pada 1970-an, jurnalis isu teknologi asal AS Don Hoefler mendengar istilah Silicon Valley saat menghadiri acara makan siang dengan agen pemasaran di suatu tempat di AS.
Agen pemasaran tersebut menyebut Santa Clara sebagai Silicon Valley atau Lembah Silikon.
Baca Juga: WhatsApp, Facebook, dan Instagram Sempat Down pada Sabtu Dini Hari, Kali Ini Apa Sebabnya?
Pada 1970-an itu pula Don menulis berita tentang industri semikonduktor di Santa Clara.
Akibatnya, banyak yang beranggapan bahwa Don merupakan orang pertama yang memopulerkan nama Silicon Valley lewat tulisannya tersebut.
Kendati demikian, ada pula orang yang meyakini bahwa julukan Silicon Valley sudah ada jauh sebelum berita Don dimuat.
Apa yang Membuat Silicon Valley Sukses?
Ada sejumlah hal yang membuat Silicon Valley sukses menjadi tempat lahir dan tumbuhnya perusahaan-perusahaan teknologi top.
Salah satunya yakni kedekatan personal antarindividu di sana yang membuat mereka sering mempromosikan sesama kenalannya.
Akibatnya, orang-orang di Silicon Valley maju bersama karena saling mempromosikan teman atau rekannya untuk bekerja di salah satu perusahaan teknologi di sana.
Tak hanya itu, jaringan profesional antarperusahaan juga terbina dengan baik.
Alih-alih saling bersaing, perusahaan-perusahaan di Silicon Valley cenderung berkolaborasi sehingga menjadi makin sukses.
Baca Juga: Ingin Bekerja di Bidang Visual Kreatif? Cek 5 Tips Jadi Komikus Sukses Ala Alti Firmansyah!
Selain itu, pemerintah negara bagian California melarang Klausul Non-Kompetisi di wilayahnya, termasuk di Silicon Valley.
Klausul Non-Kompetisi merupakan klausul yang menetapkan bahwa pekerja setuju untuk tidak akan pernah bekerja sebagai pegawai maupun agen perusahaan di perusahaan pesaing.
Ringkasnya, kalau seorang pekerja mengundurkan diri dari suatu perusahaan teknologi, maka dia tidak boleh bekerja di perusahaan teknologi lain.
Namun, pemerintah negara bagian California melarang klausul itu.
Dengan demikian, pekerja perusahaan teknologi di Silicon Valley bisa berhenti dan bergabung dengan perusahaan teknologi lain, bahkan merintis perusahaan teknologi baru.
Wah, rasanya jadi ingin melihat Silicon Valley secara langsung, ya, Kawan Puan!(*)