Parapuan.co – Semakin rusaknya lingkungan, semakin mengubah cara kita berbisnis. Tak terkecuali di industri fashion, yang menurut laporan McKinsey, turut bertanggung jawab menyebabkan emisi karbon sebanyak empat persen.
Dari sini kita bisa lihat bahwa modern kini, mendulang untung saja tidaklah cukup. Tahun 2020 lalu menjadi langkah awal industri fashion untuk menggerakkan bisnis yang lebih dari sekadar meraup profit, tapi juga harus dibuktikan dengan perbuatan yang baik.
Tentu saja hal ini tak mudah dilakukan, mengingat industri fashion erat kaitannya dengan glamorama dan konsumerisme. Konsep hidup yang kerap dianggap tak sejalan dengan pandangan hidup berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Baca Juga: Mengenal Ethical Fashion Sebagai Kritikan Terhadap Fast Fashion
Namun, dunia berubah, maka model bisnis juga harus berubah. Membangun bisnis yang beretika jauh lebih penting daripada keuntungan yang menggiurkan.
Terlebih lagi saat ini, ketika makin banyak konsumen yang memiliki kesadaran yang tinggi pada lingkungan. Para pelaku usaha pun harus menyesuaikan standar etika mereka dengan perubahan perilaku konsumen tersebut.
“Sebagai bisnis, kita semua dilatih untuk menghasilkan keuntungan. Tapi kali ini, kita harus bisa mendapat untung sekaligus memiliki tujuan yang lebih besar,” papar Sunny Wu, pemilik OurCommonplace, sebuah situs yang menjual produk-produk berkelanjutan.
Seperti melansir dari Vogue Business, saat ini makin banyak merek-merek yang membuat klaim tentang aksi baik bisnis mereka.
Mulai dari donasi dan kemitraan amal, perlakuan yang adil terhadap pekerja, penggunaan air atau bahan kimia yang lebih sedikit hingga menggunakan material yang lebih ramah lingkungan.
Baca Juga: Ini 9 Gaya Emma Watson hingga Dinobatkan Jadi 'Queen of Ethical Dressing'