Sindrom ini sebagian besar terjadi pada bayi di bawah 2 tahun, cedera otak yang terjadi khas dan tidak sesuai dengan riwayat kejang, jatuh, atau trauma kepala lain.
Ketika bayi mengalami guncangan hebat, otak mengalami perputaran atau pergeseran terhadap aksisnya (batang otak).
Hal tersebut menyebabkan robekan saraf dan pembuluh darah, sehingga berakibat pada kerusakan dan perdarahan otak.
Shaken baby syndrome kerap disertai cedera mata dan cedera tulang.
Cedera mata yang sering ditemui berupa perdarahan retina pada satu atau kedua mata.
Baca Juga: Mitosnya Bikin Kulit Bayi Putih, Ini 11 Manfaat Minum Air Kelapa Saat Hamil
Parahnya, perdarahan di dalam mata sulit terdeteksi karena keterbatasan bayi untuk mengeluhkan gangguan penglihatan.
Sedangkan, cedera tulang terkait dengan kekerasan yang disengaja, terutama patah tulang pada lengan, iga, dan tungkai.
Adanya memar atau luka di bagian tubuh tertentu secara berulang juga menunjukkan adanya kekerasan.
Gejala shaken baby syndrome bisa diketahui dari pasca pengayunan, di mana bayi menjadi rewel, banyak tidur, muntah, dan kesulitan makan.