Pengorbanan ini biasanya dilakukan demi memikat hati orang yang disukai agar perasaan kita berbalas dan orang tersebut bersedia menjadi pasangan kita.
Tapi banyak juga momen ketika kita terlalu bucin hingga merasa enggak perlu saling memiliki tapi tetap bakal berkorban demi orang yang dicintai, bahkan seandainya orang tersebut memilih orang lain.
Kondisi psikologis seperti ini nyaris terjadi pada semua orang, terutama remaja ketika masih berada di fase awal jatuh cinta. Saat itu, kita sedang senang-senangnya mengeksplorasi sisi positif dari orang yang kita cintai, hingga kekurangannya pun dianggap sebagai hal yang lucu dan menggemaskan.
Dalam fase ini, kita akan merasa lebih hidup ketika menyenangkan orang yang dicintai, sekaligus takut kehilangan dirinya jika enggak memenuhi permintaannya.
Bucin: Penjelasan Ilmiah
Terdapat setidaknya dua faktor di dalam tubuh manusia yang bisa mengakibatkan seseorang menjadi bucin, yaitu faktor kimia dan psikologis.
Secara kimiawi, otak manusia memang diprogram untuk jatuh cinta dan ketika saat itu tiba, hormon dopamin diproduksi secara massif di dalam otak sehingga cinta akan terasa candu seperti kokain. Jadi ketika kita jatuh cinta hingga menjadi bucin, semua hal rasanya menyenangkan dan memberikan kepuasan tersendiri menurut otak.
Sementara itu, secara psikologis, kemungkinan kita sudah menjadi bucin ketika kita rela merendahkan harga diri, keadaan mental, hingga emosional demi cinta.
Baca Juga: Masalah Klasik yang Sering Jadi Alasan Putus Kaum LDR, Apa Saja?