Kasus pertama dari varian B.1.618 ditemukan di Benggala Barat pada 10 Oktober 2020. Kemudian, ada mutasi ganda E484Q dan L452R yang juga diidentifikasi ada di India.
Belakangan, varian baru yang disebut sebagai mutasi triple pun diidentifikasi dan disebut paling cepat penularannya.
Mengutip dari Boldsky, para peneliti telah menyatakan, "Ada banyak yang tidak diketahui untuk turunan virus saat ini, termasuk kemampuannya untuk menyebabkan infeksi ulang serta infeksi setelah vaksin."
"Data eksperimental tambahan akan diperlukan untuk menilai kemanjuran vaksin terhadap varian baru ini," demikian terang peneliti.
Baca Juga: Dapat Suntikan Vaksin Saat Menstruasi, Apakah Boleh dan Aman?
Apakah Varian Baru Covid-19 Kebal Vaksin?
Para ahli meyakini bahwa mutasi adalah salah satu yag mendorong melonjaknya kasus penularan virus Covid-19 di seluruh dunia.
Sejauh ini, masih perlu dilakukan lebih banyak penelitian, tidak hanya di India saja tetapi juga di berbagai negara yang angka penularannya masih tinggi.
Tampaknya, vaksinasi juga tak banyak berpengaruh dalam melemahkan virus atau meningkatkan imunitas agar tak mudah tertular virus.
Pasalnya, para ilmuwan belum bisa memastikan apakah varian baru ini memiliki kemampuan untuk menginfeksi penyintas Covid-19 dan mereka yang telah menerima vaksin atau tidak
Baca Juga: Di Tengah Duka Arief Muhammad Positif Covid-19, Tiara Pangestika Bagikan Kabar Bahagia Hamil Anak Kedua.
Sebab, varian triple mutation terlihat memiliki respons 'melarikan diri' dari imunitas. Yang artinya, mereka lebih resisten terhadap antibodi.
Para ilmuwan juga percaya, varian baru memiliki beberapa kemampuan untuk melepaskan diri dari kekebalan tubuh yang diperoleh secara alami.
Mereka menegaskan, masih diperlukan tindakan untuk 'memperbaiki' vaksin untuk menangkal virus Corona yang bermutasi.
"Kita harus terus mengutak-atik vaksin. Untuk itu, kita perlu memahami penyakitnya. Tapi kita perlu mengurutkan mulai bagaimana awal kemunculannya," demikian mengutip Boldsky. (*)